"Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu merasa kesakitan, maka sesungguhnya mereka pun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (an-Nisa’:104)"

Jumat, 02 Desember 2011

Fatwa Syaikh Muhammad Ibrahim Alu Syaikh Tentang Penguasa Yang Berhukum Dengan Selain Syari’ah Allah

Berikut adalah Fatwa Al Allamah Muhammad Bin Ibrahim Alu Syaikh (Mufti Saudi sebelum Syaikh Bin Baz). Beliau membagi beberapa kelompok orang-orang yang berhukum dengan hukum selain syari’ah Allah, SEMUANYA KAFIR MURTAD

1.      أن يجحد الحاكمُ بغير ما أنزل الله تعالى أحقيَّةَ حُكمِ الله تعالى وحكم رسوله
Barangsiapa yang berhukum dengan hukum selain syari’ah Allah dan ia juhud(menentang) akan kewajiban menerapkan syari’ah itu maka ia telah KAFIR MURTAD.
2.      أن لا يجحد الحاكم بغير ما أنزل الله تعالى كونَ حكم الله ورسوله حقاً، لكن اعتقد أن حكمَ غير الرسول أحسنُ من حكمه وأتم وأشمل
Barangsiapa yang berhukum dengan hukum selain syari’ah Allah dan ia tidak juhud (tidak menentang) akan kewajiban menerapkan syari’ah itu, TETAPI IA BERKEYAKINAN BAHWA HUKUM BUATAN MANUSIA LEBIH BAIK, LEBIH TEPAT, RELEVAN DAN LEBIH SEMPURNA DIBANDING SYARI’AH ALLAHMAKA IA KAFIR MURTAD.
3.      أن لا يعتقد كونَه أحسنَ من حكم الله تعالى ورسوله لكن اعتقد أنه مثله
Jika ia tidak berkeyakinan bahwa hukum selain Syari’ah Allah lebih baik TETAPI MENYATAKAN BAHWA HUKUM BUATAN MANUSIA SAMA BAIKNYA DENGAN SYARI’AH ALLAH, MAKA IA KAFIR MURTAD. 
4.      أن لا يعتقد كونَ حُكمِ الحاكم بغير ما أنزل الله تعالى مماثلاً لحكم الله تعالى ورسوله لكن اعتقد جواز الحُكم بما يُخالف حُكمَ الله تعالى ورسوله
Ia tidak berkeyakinan bahwa hukum selain Syari’ah Allah sama atau lebih baik dibanding hukum buatan manusia, TETAPI IA BERKEYAKINAN BAHWA DIBOLEHKAN MENERAPKAN UNDANG-UNDANG SELAIN SYARI’AH ALLAH, MAKA IA KAFIR MURTAD.
5.      وهو أعظمها وأشملها وأظهرها معاندة للشرع، ومكابرة لأحكامه، ومشاقة لله تعالى ولرسوله  ومضاهاة بالمحاكم الشرعية، إعداداً وإمداداً وإرصاداً وتأصيلاً وتفريعاً وتشكيلاً وتنويعاً وحكماً وإلزاماً… فهذه المحاكم في كثير من أمصار الإسلام مهيّأة مكملة، مفتوحةُ الأبواب، والناسُ إليها أسرابٌ إثر أسراب، يحكم حكّامها بينهم بما يخالف حُكم السنة والكتاب، من أحكام ذلك القانون، وتلزمهم به وتقرّهم عليه، وتُحتِّمُهُ عليهم، فأيُّ كُفرٍ فوق هذا الكفر، وأي مناقضة للشهادة بأن محمداً رسولُ الله بعد هذه المناقضة…. فيجب على العقلاء أن يربأوا بنفوسهم عنه لما فيه من الاستعباد لهم، والتحكم فيهم بالأهواء والأغراض، والأغلاط، والأخطاء، فضلاً عن كونه كفراً بنص قوله تعالى: {ومن لم يحكم بما أنزل الله فأولئك هم الكافرون}.
Ini adalah yang paling jelas-jelas kekafirannya, paling nyata penentangannya terhadap Syari’ah Allah, paling besar kesombongannya terhadap hukum Allah dan paling keras penentangan dan penolakannya terhadap lembaga-lembaga (mahkamah) hukum Syari’ah.
Semua itu dilakukan dengan terecana, sistematis  didukung dana yang besar, diterapkan dengan pengawasan penuh, dengan penanaman dan indoktrinasi kepada rakyatnya, yang pada akhirnya akan membuat umat Islam terpecah belah dan terkotak-kotak, lalu menanamkan keragu-raguan dalam diri terhadap Syari’ah Allah dan mereka juga mewajibkan umat Islam untuk mematuhi hukum buatan mereka itu serta menerapkan sanksi hukum bagi yang melanggarnya.
Berbagai bentuk lembaga hukum dan perundang-undangan ini dalam kurun waktu yang amat panjang telah dipersiapkan melalui perencanaan yang matang dan dengan pintu terbuka siap menangani berbagai masalah hukum umat Islam. Umat Islam pun berbondong-bondong mendatangi lembaga-lembaga ini, sedangkan para penegak hukumnya menetapkan hukum terhadap permasalahan mereka itu dengan keputusan-keputusan yang bertentangan dengan Al Qur’an dan Sunnah Rasul Shollallohu ‘alaihi wasallam dengan merujuk kepada hukum-hukum yang berasal dari aturan dan undang-undang yang mereka buat itu seraya mewajibkan rakyatnya untuk melaksanakan hukum-hukum itu, mematuhi keputusan mereka itu dan tidak memberi celah sedikit pun untuk memilih hukum selain undang-undang mereka itu.
KEKAFIRAN MANALAGI YANG LEBIH BESAR DIBANDINGKAN KEKUFURAN INI, PENENTANGAN TERHADAP PERSAKSIAN “WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASUULULLAH” MANALAGI YANG LEBIH BESAR YANG  DIBANDINGKAN PENENTANGAN INI ?
Sehingga bagi mereka yang menggunakan akalnya semestinya mereka menolak aturan hukum itu dengan penuh kesadaran dan ketundukan hati mengingat  di dalam Undang-undang itu terdapat penghambaan kepada para penguasa pembuat undang-undang itu, serta hanya memperturutkan hawa nafsu, kepentingan duniawi dan kerancuan-kerancuan berpikir dan bertindak. Penolakan ini harus mereka lakukan atau mereka jatuh pada kekufuransebagaimana disebutkan dalam firman Allah (artinya) :
Barangsiapa yang tidak menetapkan hukum menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir”. (QS Al Maidah 44) 
6.      ما يحكم به كثيرٌ من رؤساء العشائر والقبائل من البوادي ونحوهم، من حكايات آبائهم وأجدادهم وعاداتهم التي يسمونها “سلومهم” يتوارثون ذلك منهم، ويحكمون به ويحضون على التحاكم إليه عند النزاع، بقاءً على أحكام الجاهلية، وإعراضاً ورغبةً عن حكم الله تعالى ورسوله r فلا حول ولا قوة إلاّ بالله تعالى 
Aturan hukum yang biasa diterapkan oleh sebagian besar kepala suku  dan kabilah pada masyakat dan suku-suku pedalaman atau yang semisal dengan itu. Yang berupa hukum peninggalan nenek moyang mereka dan adat istiadat yang diterapkan secara turun temurun, yang dalam istilah Arab biasa disebut : “Tanyakan kepada nenek moyang”. Mereka mewariska hukum adat ini kepada anak cucu mereka sekaligus mewajibkan mereka untuk mematuhi hukum adat itu serta menjadikannya sebagai rjukan dan pedoman saat terjadi perselisihan di antara mereka. Ini semua mereka lakukan sebagai upaya melestarikan adat istiadan dan aturan aturan jahiliyyah dengan disertai ketidaksukaan dan keengganan untuk menerima hukum Allah dan Rasul-Nya Shollallohu ‘alaihi wasallam. Maka sungguh tidak ada daya upaya dan kekuatan kecuali hanya dengan bersandar kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala
(Tahkiem Al Qawaaniin karangan Al Allamah Muhammad Bin Ibrahim Alu Syaikh hal 14 – 20 Terbitan Daar Al Muslim)

Mengapa Para Ulama Tidak Mengkafirkan Khalifah Al Ma’mun?

“Mengapa Imam Ahmad bin Hanbal tidak menganggap Khalifah Al-Ma’mun yang berpendapat bahwa Al-Qur’an adalah makhluk sebagai orang kafir ?”
Syaikh Al Mujahid Abu Qatadah Al Filishtniy – fakkallohu asrahu- menjawabnya dengan jawaban sebagai berikut :
“Di antara syubhat orang-orang yang tak mau memvonis kafir pemerintah yang mengganti syariat Allah tidak membolehkan menentang dan melawan mereka dan bahkan membolehkan berbaiat kepadanya ialah perkataan mereka, “Sesungguhnya para ulama – yang salah satu tokoh utamanya adalah Imam Ahmad bin Hanbal- tidak memvonis kafir khalifah Al Ma’mun, dan tidak melancarkan pemberontakan untuk menggulingkannya meskipun ia berpendapat Al-Qur’an adalah makhluk serta berpendapat bahwa Allah tidak memiliki sifat.”
Kami jawab, semoga Allah memberikan petunjuk kepada kami, “Alasan di atas tak akan dikatakan, kecuali oleh orang-orang bodoh dan awam. Jika ia bukan orang bodoh, berarti orang yang mempermainkan agama Allah. Bagi yang mengerti realitas kita hari ini, mengetahui sebab kafirnya pemerintah saat ini, serta mengetahui sikap para Imam Ahlus Sunnah terhadap mereka yang salah dalam menakwilkan nash, akan memahami bahwa kondisi Khalifah Al Ma’mun tak bisa dibandingkan dengan realitas pemerintahan saat ini dari sisi mana pun. Sebab, terdapat perbedaan yang sangat besar antara mereka yang sengaja dan bermaksud untuk berpaling dan menolak hukum Islam dengan mereka yang berupaya mencari kebenaran, namun ternyata mereka terjerumus dalam pemahaman yang salah.
Sebagaimana dalam kasus Khalifah Al Ma’mun dan penerusnya yaitu Al Mu’tashim yang berpendapat bahwa Al-Qur’an adalah makhluk juga kelompok Jahmiyyah yaitu mereka yang beranggapan bahwa Allah tidak memiliki sifat. Mereka ini dikategorikan sebagai orang-orang yang salah dalam mentakwil (mis interpretation).
Mazhab Ahlussunnah telah mempunyai sikap pendapat dan hukum yang pasti terhadap mereka yang salah dalam memahami dalil dan dalam mentakwil. Kita bisa mengatakan, bahwa ulama salaf telah bersepakat atas hukum mereka yang salah paham, meskipun terdapat perbedaan di kalangan ulama muta’akhirin yang datang kemudian.
التأويل: هو اعتقاد غير الدليل دليلاً، وصورته: أن يقول المرء قولاً أو يعتقد أمراً أو يفعل فعلاً وهو يظن أن هذا القول وهذا الفعل وهذا الاعتقاد هو الحق الذي جاء به الرسول r وهو في حقيقة الأمر وفي نفس الأمر ليس كذلك، فهو رجل يريد الحق ولا يُدركه، وهذا حال أهل البدع في أمّتنا فإِنهم يريدون الحق ولكنهم أخطأوه، والبدع قد تكون في العلْميات «كالبدع الاعتقادية» وقد تكون في العملِيات، وهؤلاء مع قولهم وفعلهم واعتقادهم المخالف للشريعة إلاّ أن قصدهم يعذرهم في نفس الأمر، ولهذا نهى الأئمة عن تكفير المتأوّلين، وقد كتب ابن حزم كتاباً في هذا ذكره في كتابه “إحكام الأحكام”،
Adapun definisi ta’wil ialah meyakini sebuah ayat atau hadits sebagai dalil, padahal ayat atau hadits tersebut sebenarnya bukanlah dalil dalam masalah yang dimaksudnya. Contohnya ialah saat seseorang berpendapat tentang sesuatu, meyakini sebuah keyakinan, atau melakukan suatu perbuatan yang dikiranya bahwa pendapat, keyakinan, atau perbuatan ini benar sebagaimana yang diajarkan Nabi, sementara pada hakikatnya hal itu tidaklah demikian. Ia ingin mencari kebenaran, tapi tidak mendapatkannya. Keadaan ini seperti yang terjadi dengan para ahlul bid’ah saat ini. Mereka sebenarnya ingin melakukan kebenaran, tapi mereka justru terjerumus dalam kesalahan. Dan bid’ah serta kekeliruan semacam ini, bisa terjadi dalam masalah keyakinan (I’tiqad/Aqidah) bisa juga dalam amaliyyah (perbuatan).
Adapun Khalifah Al-Ma’mun dan kaum Jahmiyah, meskipun keyakinan dan pendapat mereka menyimpang dari syari’ah, namun karena tujuan mereka adalah ingin mendapatkan yang haq, maka para ulama berpendapat bahwa kondisi mereka ini menjadi penghalang untuk mengkafirkan mereka. Oleh sebab itu, para ulama melarang kita memvonis kafir bagi mereka yang salah dalam mentakwil namun sejatinya mereka ingin mendapatkan yang haq.
Berkaitan dengan masalah ini pula, Ibnu Hazm telah menuliskannya dalam Ihkamul Ahkam.
Ini lah mazhab Ahlussunnah wal Jama’ah. Berbeda dengan pendapat Khawarij dan Mu’tazilah yang memvonis kafir terhadap mereka yang tak sependapat dengan mazhabnya, sedangkan Ahlussunnah wal Jama’ah meskipun mereka tetap berkeyakinan ada di antara pendapat ahlul bid’ah yang menyebabkan pelakunya menjadi kafir seketika, tapi mereka tak langsung memvonis kafir setiap orang yang berpendapat demikian. Sebab, ada perbedaan besar antara vonis kafir terhadap perbuatan dengan vonis kafir pelaku perbuatan tersebut, dan perkara seperti ini sudah diketahui oleh para pelajar dan thalibul ilmi tingkat pemula sekali pun.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan :
الأقوال التي يكفر قائلها، قد يكون الرجل لم تبلغه النصوص الموجبة لمعرفة الحق، وقد تكون عنده، ولم تثبت عنده، أو لم يتمكن من فهمها، وقد يكون قد عرضت له شبهات يعذره الله بها، فمن كان من المؤمنين مجتهداً في طلب الحق وأخطأ، فإن الله يغفرُ لهُ خطاياه كائناً من كان، سواءً كان في المسائل النظرية، أو العملية، هذا الذي عليه أصحاب النبي صلي الله عليه وسلم وجماهير أئمة الإسلام”
“Ada banyak ucapan yang bisa menyebabkan orang yang mengucapkannya menjadi kafir, namun bisa jadi si pengucap belum mengetahui dalil-dalil yang membuatnya bisa memahami kebenaran (bahwa ucapan itu dapat menyebabkan kekufuran –pent). Bisa jadi pula ia telah mengetahui, tetapi ia belum mengetahui tsubut (keabsahan) dalil itu ia belum memahami dalil tersebut dengan pemahaman yang benar. Bisa jadi pula karena ia mengalami kerancuan dalam memahami dalil tersebut, sehingga dimaafkan oleh Allah. Maka siapa saja dari orang mukmin yang mencari kebenaran, yang berijtihad dan bersungguh-sungguh dalam mencari kebenaran tapi ia terjatuh dalam kesalahan, Allah akan mengampuni semua kesalahannya siapa pun dia, baik dalam permasalahan pemahaman maupun permasalahan ibadah praktis. Demikianlah pendapat seluruh shahabat Nabi dan jumhur ulama kaum muslimin”.
إلى أن قال: “كان الإمام أحمد -رحمه الله تعالى- يُكفرّ الجهمية المنكرين لأسماء الله وصفاته، لأن مناقضة أقوالهم لما جاء به الرسول r ظاهرةٌ بينة… لكن ما كان يُكفّرُ أعيانهم، فإن الذي يدعو إلى القول أعظم من الذي يقول به، والذي يُعاقب مخالفه أعظمُ من الذي يدعو فقط… ومع هذا فالذين كانوا من ولاة الأمور يقولون بقول الجهمية، ويدعون الناس إلى ذلك ويُعاقبونهم، ويُكفرون من لم يُجبهم، ومع هذا فالإمام أحمد -رحمه الله تعالى- ترحمّ عليهم، واستغفرَ لهم، لعلمه بأنهم لم يُبَيَّنُ لهم أنهم مكذبون للرسول r ولا جاحدون لما جاء به، ولكن تأولّوا فأخطئوا، وقلّدوا من قال لهم ذلك…”
Sampai dengan fatwa Syaikhul Islam :
“………….Imam Ahmad mengafirkan orang-orang Jahmiyah yang mengingkari nama dan sifat Allah karena pendapat mereka yang jelas-jelas menyalahi ajaran Nabi Shollallohu ‘alaihi wasallam. Akan tetapi, beliau tidak mengafirkan setiap individu yang berpendapat demikian. Sebab, orang yang mengajak orang lain hukumnya lebih berat dibandingkan dengan orang yang sekadar mengatakannya. Sementara itu, orang yang menghukum siapa yang tak mau mengikuti pendapatnya adalah lebih jahat dari mereka yang sekadar mengajak orang lain.
Pada waktu itu, para pejabat pemerintahan yang menganut pendapat kaum Jahmiyah menyeru manusia untuk menganut pendapat mereka serta menghukum dan memvonis kafir bagi yang tak mau mengikuti pendapat mereka. Meskipun demikian, Imam Ahmad tetap berbuat baik dan memintakan ampunan kepada Allah bagi mereka. Sebab, beliau tahu pasti mereka tak sadar bahwa mereka mendustakan Nabi dan menentang ajarannya, tetapi hanya salah dalam memahami kebenaran dan mengikuti orang-orang yang berpendapat seperti itu…” [1]
Beginilah sikap para ulama terhadap orang-orang yang salah dalam memahami dan mentakwil nash. Karena yang mereka inginkan sebenarnya kebenaran serta tak pernah bermaksud mendustakan Nabi Shollallohu ‘alaihi wasallam dan menentang ajarannya sehingga hal ini menjadi penghalang mereka untuk divonis kafir.
Berbeda dengan para penguasa di zaman modern ini, bagi mereka yang menggunakan bashiroh dan akal mereka pasti akan bisa menyimpulkan dan mengetahui bahwa para penguasa pada zaman kita saat ini secara sengaja memang ingin menyelisihi dan menentang syariat Islam. Bahkan, mereka mendeklarasikan dan menyatakannya secara terang-terangan di dalam undang-undang dan peraturan hukum mereka : bahwa kedaulatan adalah berada di tangan rakyat. Kedaulatan yang berupa kekuasaan tertinggi dan mutlak yang berhak menentukan hukum atas segala perbuatan dan tindakan serta segala sesuatu yang berkaitan dengan peri kehidupan manusia.
Padahal, yang demikian ini merupakan makna kata Ar-Rabb dalam Islam, yakni Yang Maha Berkuasa, Yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, dan Yang Berhak Menetapkan Hukum dan Undang-undang. Sikap merebut hak Allah dalam tahkim (mengatur dan menentukan hukum) ini adalah inti kekufuran, pokok utama penentangan terhadap Syari’ah Allah, serta bentuk nyata pengingkaran dan pembangkangan terhadap Syari’ah Allah.
Lantas, bagaimana mungkin orang-orang buta dan bodoh itu bisa menyamakan pemimpin yang meyakini hanya Allah saja yang berhak menentukan hukum, melarang dan memerintah, tetapi salah dalam memahaminya dengan pemerintah yang menolak mengakui hanya Allah yang berhak melarang dan memerintah, bahkan menyatakan dirinya sendiri lah yang berhak menentukan hukum memerintah dan melarang ? Apakah dua hal ini sama? Kita berlindung kepada Allah dari pengkhianatan terhadap Syari’ah Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Oleh sebab itu, di antara yang menjadi ijma’ (kesepakatan) para ulama kita ialah bahwa pembuatan dan penetapan undang-undang yang menyelisihi hukum Allah adalah perbuatan kufur. Hal ini sebagaimana dinyatakan Imam Asy Syathibi dalam Al I’tisham jilid. I hlm. 61:
“Para ulama telah bersepakat bahwa mengganti aturan Dienul Islam (syari’ah Islam) dengan hukum selainnya ialah perbuatan syirik dan kufur”.
Sementara Ibnu Taimiyah mengatakan, “Kapan saja seseorang menganggap halal sesuatu yang disepakati keharamannya atau mengharamkan sesuatu yang disepakati kehalalannya atau mengganti syariat yang telah disepakati para ulama, para ahli fikih bersepakat ia telah kafir dan murtad”. [2]
Lalu, apakah yang dilakukan para penguasa negeri-negeri umat Islam saat ini (menerapkan hukum selain hukum Allah) termasuk salah ta’wil (paham) ataukah memang mereka berniat menyingkirkan Al Qur’an dan As Sunnah serta memegang erat-erat aturan Barat dalam mengatur negara ? Siapa saja yang menyangka pemerintah yang mengganti syariat Islam sebenarnya berniat baik, yakni ingin menerapkan syariat Islam tetapi mereka salah memahaminya (sebagaimana Khalifah Al-Ma’mun—Penj), berarti ia telah berbohong tentang realitas pemerintahan tersebut dan membohongi dirinya sendiri.
Realitas dan fakta yang ada membantah dan menepis anggapan tersebut. Sebab, penyimpangan pemerintah yang mengganti syariat Islam dengan syariat lain bukanlah karena mereka salah memahami syariat Islam, tetapi karena mereka memang ingin menyelisih, melawan, dan menandingi syariat Allah.
Perkara ini merupakan sesuatu yang sangat jelas dan terang. Namun, mereka secara terang-terangan justru menyatakan syariat Islam tidak masuk dalam urusan politik dan perundang-undangan. Di samping itu, mereka juga menganggap syariat Islam hanya mengatur hubungan antara hamba dan Rabbnya. Karena itu, orang-orang tersebut hendaknya takut kepada Allah dan tidak membohongi masyarakat atas nama agama.”
Sampai di sini jawaban Syaikh. Kita memohon kepada Allah agar dirinya beserta ilmunya bisa bermanfaat bagi Islam serta kaum muslimin dan berkenan membalasnya dengan sebaik-baik balasan.
Syaikh Abu Qatadah Al Filishtiny –fakkalloohu asrohu- menulis jawaban ini pada tanggal 14 Muharram 1418 H, 21 5 1997.
Source : abuizzudinalhazimi.wordpress.com

Tazkiyatun Nafs: Agar tetap teguh di atas jalan kebenaran

Arrahmah.com – Ketahuilah bahwa teguh di atas sikap menyatakan ucapan al haq dihadapan auliyauth thoghut serta memperdengarkan kepada mereka apa yang mereka benci berupa tauhid, celaan terhadap tuhan-tuhan mereka serta bara’ darinya dan dari budak-budaknya, aluliyanya dan ansharnya, ia adalah yang paling utama bagi orang yang ingin menjadi bagian dari ansharu dinillahi ta’ala dan bagian dari thaifah yang menegakkan dienullah ta’ala yang mereka itu tidak terganggu oleh orang yang menyelisihi mereka sampai datang urusan Allah ta’ala sedang mereka itu seperti itu. Pembicaraan di sini adalah tentang tauhid dan dakwah, bukan tentang pengakuan akan rincian-rincian, nama-nama dan hal-hal yang membahayakan ikhwanul al muslimin.
Bila dikatakan : Sesungguhnya situasi penginterogasian bukanlah tempat untuk menjelaskan kalimatul haq dan terang-terangan dengannya, karena auliyauth thoghut tidak menginginkan ma’rifatul haq dan mencarinya pada tempat ini, tetapi mereka ingin mengetahui arah fikrah dan aqidah kamu untuk mempermasalahkanmu dan memeja hijaukanmu atas dasarnya.
Maka kami katakana : Ya ini adalah haq, namun demikian tidak ada halangannya andaikata kalimatul haq itu mengena pada jiwa seseorang dari mereka dengan pengaruh yang baik dan menggetarkannya dengan getaran yang sangat dasyat hingga tembus ke hatinya. Dan bagaimanapun kondisi pada tempat ini bisa berbeda dengan sebab perbedaan orang dan keadaan.
Bila orang yang ditawan itu melihat pada dirinya kelemahan dan bahwa ia tidak akan mampu menanggung resiko akibat terang-terangan ini, maka ia boleh menyembunyikan keyakinannya dan melakukan taqiyyah dengan syarat tidak menyatakan ucapan kekafiran kepada mereka tanpa ikrah yang sebenarnya. Karena banyak orang terlalu meperluas rukhshah di sini, dan mengucapkan kalimat-kalimat kekafiran dengan dalih istidl’af padahal mereka tidak memaksanya, tidak memukulnya dan tidak menyakitinya untuk mengucapkannya, padahal dalam sindiran dan jawaban dengan bentuk pertanyaan atau mengaku tidak tahu atau bertameng dengan alasan takut dari berfatwa dan hati-hati dari berbicara dalam dienulah tanpa dasar ilmu terkadang jalan yang cukup dari menyatakan kebatilan atau kekafiran, talbis al haq dengan al bathil atau menampakkan ridla terhadap kekafiran-kekafiran mereka dan tuhan-tuhan mereka yang bathil tanpa ada ikrah, sedang telah ada dalam hadits”…Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah menyatakan yang haq atau diam..” atas setiap keadaan. Di banyak Negara mereka tidak ambil peduli, dengan apa yang kami yakini atau yang kamu ucapkan atau fikrah kamu, tapi yang penting bagi mereka adalah apa yang kamu katakan di jalan atau mesjid, serta dihadapan orang-orang dan di depan khalayak berupa celaan terhadap thoghut dan provokasi orang-orang untuk menentangnya, dan bahkan di sebagian Negara tidak membahayakanmu apa yang kamu katakan di hadapan para penyidik sampai kamu menandatanganinya di berkas penyidikan. Jadi mungkin saja mengucapkan kalimatul haq dan terang-terangan dengannya namun tidak menandatangani berkas itu. Dan saudara muwahhid bisa juga menjawab dengan bentuk umum tanpa mengkhususkan thoghut tertentu dengan namanya, jadi setiap kondisi ada ucapannya yang pas dan setiap Negara memilki keadaan, dan saudara muwahhid menakar hal itu dengan takaran yang tepat. Akan tetapi yang lebih utama bagi saudara muwahhid terutama bila dia tergolong orang yang tampil mendakwahi manusia dan menyampaikan kalimatul haq adalah dia teguh di atasnya dihadapan thoghut walau ia dipukul atau di sakiti dan mendengar dari mereka apa yang ia dengar, karena ia bukanlah orang yang pertama dan terakhir yang meniti jalan yang agung ini. Ia telah didahului oleh para Nabi, para shadiqien dan syuhada. Berapa banyak para rasul disakiti sampai sebagiannya dibunuh, dan begitu juga orang-orang shaleh dari kalangan pengikut mereka digotong di atas kayu dan dipootng dengan gergaji, namun itu tidak menambah mereka kecuali keimanan dan pemasrahan ( kepada Allah )[1] dan telah tsabit dari Nabi saw bahwa beliau berkata :
“…Penghulu para syuhada adalah Hamzah  dan orang yang mendatangi penguasa yang aniaya, terus dia memerintah dan melarangnya, kemudian penguasa itu membunuhnya”..
Janganlah kamu mencari ridho manusia dengan murka Allah, akan tetapi buatlah manusia murka dalam ridla Allah, tentulah engkau memegang hati mereka dan mengalahkan mereka serta Allah memercikan rasa segan terhadapmu dalam hati mereka. Hal itu telah dicoba oleh banyak ikhwan kami al muwahhidin di kondisi yang sangat kelam, maka hal itu tidak menambah bagi mereka kecuali penghormatan, penghargaan, pengagungan dan rahbah di hati musuh-musuh Allah. Al Imam Ahmad dan yang lainnya meriwayatkan dari Abu Said Al Kudriy, bahwa Rasulullah saw berkata :
“…Ketahuilah jangan sekali-kali rasa takut kepada manusia menghalang seseorang diantara kalian dari mengucapkan dengan kebenaran bila dia melihatnya atau menyaksikannya, karena mengucapkan kebenaran itu atau menyebutkan hal besar itu tidak mendekatkan ajal dan tidak menjauhkan dari rizki”…
Kemudian saudara muwahhid engkau jangan lupa bahwa kondisi-kondisi ini di saksikan malaikat-malaikat  tertinggi serta dilihat dan disaksikan Allah tabaraka  wa ta’ala dan dicatat. Maka daftarkan buat dirimu dari tuhanmu dan pelindungmu, dan engkau membanggakan diri dengannya di suatu hari di mana tidak manfaat harta dan anak kecuali orang yang datang kepada Allah dengan harti yang bersih.
Itu adalah peperangan, siapa yang absent dari pertembpurannya untuk
Cari selamat, maka setelahnya ia diketuk tahun orang yang menyesal.
Al Imam Ibnu Qayyim rh tatkala berkata dalam kitabnya Ighatsatullafan : (….Termasuk tipu daya musuh Allah ta’ala adalah dia menakut-nakuti kaum mu’minin dari tentara dan auliyanya, kemudian mereka tidak menjihadi bala tentara musuh itu dan tidak memerintahkan mereka dengan hal yang ma’ruf dn tidak melarangnya dari hal yang munkar. Dan ini tergolong tipu daya terbesar dia terhadap ahlul iman, sedangkan Allah swt telah mengabarkan kita akan hal ini tentangnya ), Dia berfirman :
 “Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaithan yang menakut-nakuti ( kamu ) dengan kawan-kawannya, karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar ornag yang beriman.” ( Ali Imran : 175 ).
Makna ayat ini menurut semua ahli tafsir :…dia menakut-nakuti kalian dengan wali-walinya, Qatadah berkata :…dia membesar-besarkan mereka di hati kalian “ oleh sebab itu Dia tabaraka wata’ala berkata : karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tapi takutlah kepada-Ku jika kamu benar-benar orang-orang beriman”. Dan semakin kuat keimanan seorang  hamba maka lenyaplah dari hatinya rasa takut kepada kawan-kawan syaithan. Dan samakin lemah imannya maka kuat pula rasa takut dari mereka.
Ya, sesungghnya rasa takut kepada Allah ta’ala bila telah memenuhi hati seorang hamba maka tidak ada di hati ini untuk rasa takut kepada selain-Nya ta’ala. Dan Dia subhanahu Dzat Yang Maha Kuat Lagi Maha Kokoh, Yang Menguasai Yang Maha Perkasa Yang Maha Sombong, yang memegang semua ubun-ubun hamba-hamba-Nya serta Dia menghadirkan kebersamaan-Nya, maka mengecil dan terasa enteng serta ringan pada dirinya semua kekuatan bumi ini, dan ia tidak ambil peduli dengannya. Dan bila tawakal dan yakin mengakar di dadanya serta dia mengetahui bahwa apa yang Dia taqdirkan meleset darinya tidak akan menimpa dirinya dan apa yang Dia taqdirkan menimpa dirinya tidak akan meleset darinya, dan bahwa andaikata jin dan manusia bersepakat untuk menimpakan bahaya terhadap dirinya tentu mereka tidak akan mampu menimpakan bahaya itu kepadanya kecuali dengan suatu yang telah Allah tetapkan atasnya, maka Allah pasti meneguhkan dia dan mengokohkan hatinya.sehingga seandainya saat itu seluruh elemen kekuatan bumi berkumpul untuk menentangnya tentulah hal itu tidak akan menggeser dia dari jalannya dan tidak membuat dia urung dari keyakinannya yang haq dan hal itu tidak menambah dia kecuali keimanan dan penyerahan diri.
 “ ( yaitu ) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang ( pun ) selain kepada Alah. Dan cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan,” ( Al Ahdzab : 39 ).
Sesunguhnya termasuk metode para thoghut dan musuh-musuh Allah dalam sikap perang mereka terhadap kaum mu’minin adalah metode takhwif’ ( menakut-nakuti ) dan terror, inilah yang mereka dapatkan dari imam pertama mereka iblis, sebagaimana dia – semoga Allah mengutuknya – selalu berupaya membear-besarkan auliyanya dalam jiwa oran mu,min dan menakut-nakutinya dari mereka dalam rangka mengkerdilkannya dan mengembalikannya dari al haq al mubin, maka begitu juga mereka melakukannya, mereka berupaya memamerkan kekuatannya serta merasa bangga dengan koalisi mereka, tentara mereka, persenjataan mereka, sarana-sarana penyiksaan mereka, aparat keamanan mereka serta badan intelejen mereka. Mereka sering memujinya, mengangungkannya dan menyanjungnya, serta bahwa intelejen mereka itu mengawasi dan mengetahui setiap hal kecil dan besar di negeri ini, dan bahw ia…..dan bahwa ia….., sebagaimna Allah ta’ala khabarkan tentang mereka dalam kitab-Nya, Dia berfirman :
“Mereka menakut-nakuti kamu dengan ( sembahan-sembahan ) yang selain Allah ? dan siapa yang disesatkan Allah maka tidak seorangpun pemberi petunjuk bagi-Nya.” ( Az-Zumar : 36 ).
Metode-metode ini tidaklah berpengaruh kecuali kepada kalangan lemah iman yang rasa takut kepada Allah dan pengagungan terhadap-Nya belum bercokol di hati mereka, sehingga mereka takut dari manusia melebihi rasa takut kepada Allah tabaraka wata’ala. Dan bahaya orang-orang macam mereka itu adalah sangat besar atas kaum mu’minin, karena mereka itu adalah factor pengembos dan pematah semangat serta penebar isu di barisan muslim, sehingga seyogyanya menyingkirkan mereka dari tempat-tempat berpengaruh dan tidak menilai mereka atau mempertimbangkan mereka serta terpukau dengan mereka saat menilai barisan. Allah t’ala berfirman tentang orang-orang macam mereka :
 “jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak menambah kamu selain dari kerusakan belaka, dan tentu mereka akan bergegas-gegas maju ke muka di celah-celah barisanmu, untuk mengadakan kekacauan di antara kamu, sedang di antara kamu ada orang-orang yang amat suka mendengarkan perkataan mereka, Allah mengetahui orang-orang yang dzalim”( At Taubah : 47 ).
Irjaf ( penyebaran isu ) dalam kondisi-kondisi yang sangat sulit ini, pengaruhnya terhadap jiwa sangat besar, karena jiwa dalam kondisi-kondisi seperti ini membutuhkan terhadap orang yang menyemagatinya untuk teguh dan memantapkan hatinya dengan cara mengingatkannya dengan sikap-sikap kaum muslimin mujahiddin dan ulama rabbaniyyin amilin, oleh sebab itu Allah swt telah mencela irjaf ( penyebaran isu ) dalam kondisi seperti ini, Dia swt berfirman :
 “Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang kemanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya, dan kalau mereka meyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya ( akan dapat ) mengetahuinya  dari mereka ( Rasul dan Ulil Amri ). Kalau tidaklah karena karunia Allah dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikuti syaithan , kecuali sebahgian kecil saja ( diantara kamu ),” ( An Nisa : 83 ).
Sengguhnya ia adalah tempat-tempat dan kondisi-kondisi yang agung yang dengannya Allah menguji hamba-hamba-Nya untuk menyaring barisan-barisan mereka, sehingga ang buruk terpisahkan dari yang baik, sungguh Allah ta’ala berfirman setelah firman-Nya :
 “Sesungguhnya mereka itu tidak lain syaithan yang menakut-nakuti ( kamu ) dengan kawan-kawanmnya, maka jangan kamu takut kepada mereka …( Al Imran : 175 )
Dia tabaraka wata’ala berfirman sesudahnya :
 “……Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk ( munafiq ) dari yang baik (mu’min),” ( Ali Imran : 179 ).
Orang-orang mukmin yang menepati apa yang mereka janjikan kepada Allah tidaklah terpengaruh dengan cara-cara thoghut semacam ini, dan hal itu tidak mempengaruhi sikap-sikap mereka atau menggoncangkan mereka, serta hal itu tidak menambah mereka kecuali keimanan dan keteguhan,” ( yaitu ) orang-orang ( yang mentaati Allah dan Rasul ) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan :…Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab :”..Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung”, maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia ( yang besar ) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridlaan Allah, dan Allah memiliki karunia yang besar. Allah swt berfirman :
 “Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaithan yang menakut-nakuti kamu dengan kawan-kawannya, karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman”. ( Ali Imran : 175 ).
Dan Allah swt sebelumnya telah menyebutkan sikap-sikap munafiqin dalam takhdzil dan takhwif kaum mukminin, terus Dia membantah mereka dalam hal itu :
 “Orang-orng yang mengatakan kepada saudara-saudaranya dan mereka tidak turut pergi berperang :”…Sekiranya mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh :”….Katakanlah : “..Tidaklah kematian itu dari dirimu, jika kamu orang-orang yang benar”, ( Ali Imran : 168 ).
Kemudian Allah swt menuturkan tempat tinggal para syuhada yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah untuk menunjukan kaum mukminin akan jalan mereka serta membuat kaum mukminin cinta dan ingin mendapatkannya, Dia tabaraka wa ta’ala berfirman :
 “Janganlah sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rizqi”, ( Ali Imran : 169 dst ).
Sampai Dia swt berfirman :
 “( Yaitu ) orang-orang yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan :”..Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerangmu, karena itu takutlah kepada mereka,” maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka mengatakan :”….Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung,” ( Ali Imran : 173 ).
Dan begitu juga Allah tabaraka wa ta’ala memberikan arahan Nabi-Nya saw untuk mengatakan :”..Katakanlah :”..Cukuplah Allah bagiku“, kepada-Nyalah bertawakal orang-orang yang berserah diri”.
setelah firman-Nya :..
”Dan mereka menakut-nakutimu dengan ( sembahan-sembahan ) yang selain Allah,” ( Az-Zumar : 36 ).
Bila saja setiap individu dalam wujud ini adalah selain Allah yang mana kepada-Nya bertawkal orang-orang yang berserah diri, dan masuk di dalamnya apa yang mana kaum musyrikin menakut-nakuti kaum mukminin dengannya, bila mereka semua itu selain Allah azza wa jalla maka dari mana dan bagaimana takut kepada mereka orang mukmin yang tawakal sebenar-benarnya kepada Allah Yang Maha Perkasa Lagi Maha Dasyat dan kita memiliki pelajaran dalam sejarah, sedangkan sejarah yang paling agung adalah sejarah para Nabi bersama kaum mereka, maka silahkan rujuk kepadanya dan perhatikan sikap-sikap mereka yang abadi berama kaummnya yang membangkang, dan bagaimana kaum musyrikin itu menakut-nakuti para nabi dengan tuhan-tuhan mereka, mereka mengancamnya dengan jumlah mereka yang banyak dan dengan kekuatan mereka dan lihat di sisi lain kepada sikap-sikap para Nabi dan keteguhan sikapnya, minumlah darinya dan mendulanglah dari sumbernya yang bersih, karena di dalamnya demi Allah terdapat bekal.
Lihatlah sebagai contoh Nabiyullah Nuh di masa lalu, dan dengarkanlah kepadanya saat beliau mengkhithobi kaum sendirian, akan tetapi ia menghadirkan kebersamaan Allah yang mana ia tawakkal kepada-Nya serta ia merasakan keagungan-Nya subhanahu, ia mengkhitobi mereka seraya tidak khawatir terhadap kekuasaan mereka atau kepongahannya, dia berkata :
 “Hai kaumku, jika terasa berat bagimu tinggal ( bersamaku ) dan peringatanku ( kepadamu ) dengan ayat-ayat Allah, maka kepada Allah-lah aku bertawakal, karena itu bulatkanlah keputusanmu dan     ( kumpulkanlah ) sekutu-sekutu ( untuk membinasakanku ). Kemudian janganlah keputusanmu itu dirahasiakan, lalu lakukanlah terhadap diriku dan janganlah kamu memberi tangguh kepaaku, ( Yunus : 71 ).
Kumpulkan utusan kalian dan kekuatan yang kalian miliki, serta apa yang ada pada kalian berupa kekuasaan dan kepongahan, kalian dan sekutu kalian yang kalian bangga dengannya, kemudian lakukan apa yang kalian suka dan jangan beri saya tangguh. Ia tidak mengatakan hal itu sekadar ngawur, semangat dan perasaan kosong yang cepat lenyap dan redup. Namun ia mengatakannya sedang ia mengetahui bahwa Allah tabaraka wa ta’ala bersamanya, dan mereka tidak akan mampu menyentuhnya dengan keburukan selam ia tawakal kepada-Nya lagi berpegang kepada tali-Nya yang kokoh kecuali sesuai kehendak Allah. Bila Dia swt menghendakinya maka itu bukan sebagai pembiaran terhadap hamba-Nya namun ujian, cobaan dan saringan.
Dan lihat kepada Hud as bagaiman ia berdiri ditengah kaummnya sendirian padahal mereka adalah penduduk bumi yang paling kuat dan paling sadis, mereka menakut-natukitinya dengan sembahan-sembahan dan tuhan-tuhan mereka palsu yang paling mereka agung-agungkan, mereka berkata :
“Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian kami telah menimpakkan penyakit gila atas dirimu,” ( Hud : 54 ).
Terus beliau berdiri di hadapan mereka seraya bertawakal kepada Allah dengan keteguhan sekokoh gunung  atau dasyat. Dan ia berkata dengan perkataan orang mukmin yang tidak takut kecuali kepada Allah :
“Sesungguhnya aku jadikan Allah sebagai saksiku dan saksikanlah olehmu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yng kamu persekutukan dari selainnya, sebab itu jalankanlah tipu dayamu semuanya terhadapku dan anganlah kalian memberi tangguh kepadaku. Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu tidak ada suatu binatang melatapun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus,”  ( Hud 54-56 ).
Dan perhatikan ucapan Ibrahim khalilurrahman, saat ia medebat kaummnya dan menghadapi mereka, kemudian ia meberitahukan kepada mereka bahwa ia tidak peduli dengan mereka dan dengan tuhan-tuhan mereka yang palsu yangmana mereka menakut-nakuti ibrahim dengannya. Jadi rasa aman, tenang dan keteguhan hanyalah bagi ansharullah yang mentauhidkan-Nya dengan sebenar-benarnya di mana mereka tidak menyekutukan sesuatupun dengan-Nya adapun kaum musyrikin maka mana mungkin mereka menndapatkan keamanan dan ketenangan sedangkan mereka telah menyekutukan dengan Allah suatu yang mana Dia tidak menurunkan dalil tentangnya, akan tetapi mereka itu tidak mendapatkan kecuali rasa takut, cemas dan keterpurukan :”
“Dan dia dibantah oleh kaummnya. Dia berkata :”Apakah kamu hendak membantah tentang Allah, padahal sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk kepadaku. Dan aku tidak takut kepada  ( malapetaka ) dari sembahan-sembahan yang kamu persekutukan dengan Allah, kecuali dikala Tuhanku menghendaki sesuatu ( dari malapetaka ) itu. Pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran ( dari padanya ) ? Bagaimana aku takut kepada sembahan-sembahan yang kamu persekutukan ( dengan Allah ). Padahal kamu tidak takut mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujjah kepadamu untuk mempersekutukan-Nya. Maka manakah diantara dua golongan itu yang lebih berhak mendapat keamanan ( dari malapetaka ), jika kamu mengetahui ?” ( Al An’am : 80-81 ).
Dan datanglah jawaban dengan penuh ketegasan, kejelasan dan kegamlangan yang memekakan pendengaran mereka bagaikan halilintar :
 “Orang yang beriman dan tidak mencampurkan keimanan mereka dengan kedzaliman ( syirik ) maka mereka itulah orang-orang yang mendapatkan keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk”, ( Al An’am : 82 ).
Dan lihat pula Musa kalimullah dalam kondisi ujian dan penyaringan yang paling genting, di mana beliau dikejar Fir’aun dan tentaranya dengan segenap kekuatan mereka dan senjatanya, sedang mereka saat itu adalah penguasa, pemilik kekuatan dan kekuasaan, sedangkan Musa as bersama jumlah kecil yang tertindas yang sama sekali tidak memiliki pasukan dan senjata, dan ia telah lari menyelamatkan diennya dari thoghut, terus terhadang laut, tidak ada jalan sama sekali, sehingga para sahabatnya tatkala melihat Fir’aun muncul dengan kekuatannya, pasukannya dan kepongahanya mereka berkata :
 “Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul”, ( Asy Sya’ara : 61 ).
Akan tetapi Musa as dalam kondisi yang paling genting dan keadaan yang paling terdesak serta paling menentukan, menjawab dengan penuh pemasrahan, keyakinan dan keteguhan yang tidak bisa dilakukan oleh gunung yang padat, Musa as berkata :
 “Sekali-kali tidak akan tersusul, sesungguhnya Tuhanku bersamaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepada ku ,’’ [ ASY  sya’ara: 62 ].
            Dan ternyata apa hasil dari keyakinan akan kebesaran Allah tabaraka wa ta’ala ini serta keteguhan dan tawakkal itu :
” lalu kami wahyukan kepada musa:” pukullah lautan itu dgn tongkatmu .”Maka terbelahlah lautan itu dan tiap- tiap belahan adalah seperti gunung yang besar . Dan di sana kami dekatkan golongan yang lain dan Kami selamatkan Musa dan orang- orang yang besertanya semuanya. Sesungguhnya  pada yang demikian itu benar-benar merupakan suatu tanda yang besar ( mu’jizat ) dan tetapi adalah kebanyakan mereka tidak beriman. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar- benar Dialah Yang Maha Perkasa Lagi Maha Penyang.”( Asy syu’ara : 63-68 ).
Dan begitu juga silahkan lihat para tukang sihir Firaun setelah iman bersarang di hati mereka, bagaimana mereka tidak peduli dgn ancaman si thaghut terornya dan wa’id nya terhadap mereka degan siksaan yang pedih , saat Firaun berkata :
”Apakah kamu telah beriman kepadanya ( Musa ) sebelum aku memberi izin kepada kamu sekalian ,Sesungguhnya ia adalah pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu sekalian , maka sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kaki kamu sekalian dgn bersilang secara bertimbal balik dan sesungguhnya aku akan menyalib kamu sekalian pada pangkal pohon kurma dan sesungguhnya kamu akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya,”  ( Thaha :71 ).
Dengarkan mereka bagaimana mereka menjawabnya degan penuh kekuatan, keteguhan serta dengan tawakkal yang sangat besar kepada Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa, mereka tidak takut terhadap kekuatan fira’un yang degannya ia mengancam mereka , mereka tidak gentar degan siksa yang degannya ia menakut- nakuti mereka, dan mereka tidak cemas dengan kebengisan atau kediktatorannya yang dengannya dia ponggah, karena sungguh telah terpancang dalam hati mereka setelah keimanan mereka bahwa Allah adalah Dzat memiliki kekuatan lagi kokoh dan bahwa adzab-Nya lah adzab yang pedih lagi terus menerus, serta bahwa Dia swt adalah Sang Penguasa Yang Terdahulu, sungguh jauh bandingan kekuatan Al Khaliq dibandingkan kekuatan makhluk dan jauh bandingan siksa Sang Tuan dibandingkan siksa budak, dan jauh kekuasaan Dzat Yang Maha Kuat Lagi Maha Kokoh dibandingkn kekuasaan makhluk-makhluk yang lemah lagi kerdil. Sungguh dahulu mereka bersandar pada kekuatan si thoghut dan mentaati perintahnya, akan tetapi iman kepada Allah tabaraka wa ta ‘ala lah yang membuat mu’jizat-mu’jizat itu, di mana mereka berdiri tegar seraya menjawab ucapan si thoghut dengan segenap kejelasan dan tanpa takut atau khawatir :
 “Mereka berkata : kami sekali-kali tidak akan mengutamakan kamu dari pada bukti-bukti yang nyata ( mu’jizat ) yang telah datang kepada kami dan daripada Tuhan yang telah menciptakan kami, maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini saja. Sesungguhnya kami telah beriman kepada Tuhan kami agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahn kami dan sihir yang telah kamu paksakan kepada kami melakukannya. Dan Allah lebih baik ( pahalanya ) dan lebih kekal ( siksanya ),” (  Taha : 72-73 ).
Dan contoh-contoh adalah sangat banyak. Dan sungguh khatamul Anbiya wal Mursalim adalah teladan tertinggi dalam hal ini, perhatikan beliau dalam hadits ‘Amr ibnu ‘Ash yang diriwayatkan Al Imam Ahmad dan yang lainnya dengan isnad shahih, perhatikan sikap beliau saat beliau berdiri di tengah kuffar di Mekkah di sana mereka mengelilinginya pada masa istidl’af, salah seorang dari mereka mengambak baju lehernya seraya mereka bertanya dan berkata : “ kamu orangnnya yang mengatakan ini dan itu” ini tatkala sampai kepada mereka berita tentangnya, bahwa Ia mencela tuhan-tuhan dan Dien mereka, maka beliau saw menjawabnya dengan penuh ketegasan dan kejelasan dan tanpa takut atau khawatir :”Ya, sayalah orangnya yang mengatakan hal itu,” dan sebelum itu beliau berkata : ..Kalian dengar wahai Quraisy, demi dzat yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, sungguh aku datang kepada kalian untuk menyembelih “ maka ucapan beliau ini mengagetkan mereka sampai-sampai semua orang diam seribu bahasa, sampai orang yang paling jahat kepada beliau sebelumnya berupaya membujuk beliau dengan ungkapan yang paling indah[2].
Dan beliau juga meneguhkan sahabatnya dengan Al Qur’an yang turun kepada beliau dan mengingatkan mereka dengan sikap-sikap kaum yang teguh dari kalangan umat terdahulu, beliau berkata :
“Sungguh diantara umat sebelum kalian, seseorang ditangkap terus dibuatkan lobang di tanah buatnya kemudian dia dimasukkan ke dalamnya, terus dibawakan gergaji, dan diletakkan di atas kepalanya, kemudian dia dibelah dua dan daging dan tulangnya di cabik-cabik dengan sisir besi, tapi itu tidak membuat dia berpaling dari diennya. Demi Allah, sungguh Allah ta’ala akan menyempurnakan urusan ini sampai pengendara berjalan dari San’a ke Hadramaut, dia tidak takut kecuali kepada Allah dan khawatir terhadap serigala menyerang kambing-kambingnya akan tetapi kalian adalah orang yang tergesa-gesa,” ( HR Al Bukhari dan yang lainnya ).
Dan setelah itu semuannya, maka sesungguhnya di sana ada hakikat yang wajib tidak dilalaikan oleh kaum mukminin serta jangan sampai hal itu lepas dari mata dan benak mereka, yaitu : bahwa kebatilan itu bagaimanapun ia pongah dengan perhiasannya atau congkak dan walaupun ia pura-ura menampakkan kekuatan, kedigjayaan dan kepiwaian, maka sesungguhnya ia demi Allah lebih rendah di sisi Penguasa Langit dan Bumi dari pada lalat. Dan semoga Allah merahmati Ibnu Qayyim saat beliau berkata dalam Nuniyyahnya :
Jangan takut jumlah besar mereka karena
mereka itu sampah manusia dan lalatnya
apa kamu takut dari lalat ?
Ya, demi Allah mereka itu seperti lalat, bahkan mereka itu lebih hina dari lalat. Allah swt berfirman :
 “Dan jika lalat merampas sesuatu dari mereka, tidaklah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah ( pulalah ) yang di sembah,” ( Al Hajj : 73 ).
Dan bila ahlul bathil memiliki suatu kemenangan dan keterdepanan maka sesungguhnya al haq memiliki banyak kemenangan dan keterdepanan. Hakikat-hakikat mereka telah terbongkar dan kepalsuan kekuatan mereka telah nampak sepanjang sejarah, akan tetapi di tangan orang –orang yang jujur ( menepati apa yang mereka janjikan kepada Allah, kemudian di antara mereka ada yang meninggal dunia da di antara mereka ada yang masih menunggu dan mereka sama sekali tidak merubah. Kebatilan dan pelakunya tidak pongah, dan a tidak sombong dan bangga dengan kekuatannya yang palsu kecuali saat medan laga kosong dari macam orang-orang tadi itu pedih sekali. Sungguh kita butuh sekali terhadap macam orang-orang itu.
Sesungguhnya Al Qur’an memalingkan pandangan kita kepada nasib akhir para pembangkang itu dari kalangan umt-umat terdahulu yang melampui batas di negeri ini dan mereka banyak melakukan kerusakan di dalamnya, yang padahal mereka itu orang yang paling dasyat kekuatan dan siksa serta bekas-bekas peninggallannya di bumi ini.
 “Apkah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat kepada kaum ‘Aad? ( yaitu ) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi. Yang belum pernah di bangun        ( suatu kota ) seperti itu, di negeri-negeri yang lain, dan kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah dan kaum Fir’aun yang mempunyai pasak-pasak ( tentara yang banyak, yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri, lalu mereka berbuat banyak kerusakan dalam negeri itu, karena itu Tuhanmu menimpakan kepada mereka cemeti adzab. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi”, ( Al Fajr : 6-14 ).
 “Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah? bukankan Dia telah menjadikan tipu daya mereka untuk ahncurkan ka’bah itu sia-sia”, ( Al Fil : 1-2 ).
Al qur’an memalingkan pandangan dan pendengaran kita kepada akhir mereka dan kehancurannya. Ini dia peninggalan-peninggalan mereka dan rumah-rumahnya roboh menutupi atap-atapnya, Allah azza wa jalla telah membinasakan mereka dan memenangkan tentara-tentaranya yang bertauhid. Kekuatan yang dahulu mereka bangga dengannya tidaklah bisa menolong mereka, tidak pula jumlah besar mereka, persenjataan mereka dan kelompok besar mereka yang dahulu mereka pongah dan besar kepala dengannya. Allah swt membinasakan mereka, dan mereka sama sekali tidakmemiliki seorangpun pelindung dan pnolong, itu dikarenakan Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman dan bahwa orang-orang kafir tidak memiliki pelindung.
 “Maka apakah mereka tiada mengadakan perjalanan di muka bumi lalu memperhatikan berupa kesudahan orang-orang sebelum mereka adalah orang-orang yang sebelum mereka itu lebih hebat kekuatannya dan ( lebih banyak ) bekas-bekas mereka di muka bumi, maka apa yang mereka usahakan itu tidak adapat menolong mereka. Maka tatkala datang kepada mereka rasul-rasul ( yang di utus kepada ) mereka dengan membawa keterangan-keterangan, mereka merasa senang dengan pengetahuan yang ada pada mereka dan mereka dikepung oleh adzab Allah yang selalu mereka perolok-olokan. Maka tatkala mereka melihat adzab kami mereka berkata :..”Kami beriman hanya kepada Allah saja dan kami kafir terhadap sembahan-sembahan yang telah kami persekutukan dengan Allah,” maka iman mereka tiada berguna bagi mereka tatkala mereka telah melihat siksa kami, itulah sunnah Allah yang telah berlaku terhadap hamba-hamba –Nya. Dan waktu itu binasalah orang-orang kafir.” ( Al Mukmin : 82-85 ).
Ini adalah hakekat yang mesti selalu diingatkan dan diperhatikan secara seksama oleh kita dari musuh-musuh kita, supaya mereka kembali :
 “Dan janganlah orang-orang yang kafir itu mengira, bahwa mereka akan dapat lolos ( dari kekuasaan Allah ). Sesungguhnya mereka tidak akan dapat melemahkan ( Allah ),” ( Al Anfal : 59 ).

Al Allamah Ibnu Qayyim berkata dalam Nunyyahnya :
Hai orang yng duduk yang nafasnya berjalan membawa dia
Perjalanan penuh lambatdan tidak cepat
Sampai kapan tidur ini sedang telah berjalan
Utusan kecintaan bersama orang-orang baik
Jaharkan dengan perinth Allah dan jangan takut manusia
Di jalan allah, dan takutlah kepada-Nya tentu engkau brhasil dalam keamanan
Bela lah kitabullah dan sunnah yang
Datang dari orang-orang yang diutus dengan Al Qur’an
Dan pukullah dengan pedang Allah mu’aththil
Dengan pukulan mujahid di atas setiap jemari
Dan lakukanlah serangan dengan penuh kejujuran dengan serangan
Orang yang ikhlas lagi tulus karena Allah lagi tidak tkut
Dan teguhlah dengan kesabaranmu di bawah-bawah panji-panji petunjuk
Kemudianbila kamu tepat ( sasaran ) maka ( itu ) dalam ridha Ar Rahman
Jadikanlah Kitabullah dan Sunnah yang tsabit
Sebagai senjtamu kemudian buktikan dengan anggota badan
Siapa yang tampil menantang, maka majukan dirinya atau
Siapa yang mengajak ke depan tentu nampak di medan laga.
Jaharkan apa yang dikatakan Rasuldan jangan takut
Dari sedikit penolong dan kawan
Allah-lah yang menolong diennya dan kitab-Nya
Dan Allh-lah yangmencukupkan hambanya dengan keamanan
Dengan takut dari tipu daya musuh dan makar mereka
Karena perang mereka adalah dengan dusta dan mengada-ada
Pasukan pengikut Rasul adalah malaikat
Sedang pasukan mereka adalah lascar syaithan
Jauh berbeda antara dua lascar. Kemudian siapa yang
Bimbang maka hendaklah dua kelompok itu dilihat
Teguhlah dan berperanglah di bawah panji-panji petunjuk
Dan sabarlah karena pertolongan Allah Tuhanmu telah dekat
Allah membela Dien dan Kitab-Nya
Juga Rasul-Nya dengan dan kekuasaan
Al Haq itu pilar yang tidak mampu untuk menghancurkannya
Seorangpun walau dikumpulkan jin dan manusia untuknya
Bila lawan makin banyak dan sesumbar
Maka teguhlah, karena sesumbar merek abagaikan asap
Ia naik ke puncak yang tinggi dan setelahnya
Ia melayang turun ke dasar jurang yang rendah
Jangan takut jumlah banyak mereka, karena mereka itu sampah manusia
Dan lalatnya, ap kamu takut dari lalat
Janganlah rela dengan kepemimpinan sapi yang
Pimpinannya tergolong kalangan banteng
Bila mereka geram maka mereka menyarangmu, maka jangan kamu
Cemas karena seorang mereka dan juga jangan takut
Teguhlah dan jangan menyerang tanpa ada pasukan, karena ini bukan hal terpuji di kalangan para pemberani
Inilah, sungguh perang hizbullah adalah
Dengan amalan bukan dengan battalion para pendekar
Demi Allah mereka tidak menaklukan negeri-negeri dengan jumlah besar
Mana mungkin sedangkan musuh-musuh mereka tanpa terhitung
Bila engkau melihat pasukan islam telah
Berbarengan laskarnya dengan seorang pemimpin
Maka di sana ( kamu bergabung ), kemudian tembus barisan dan jangan engkau lemah yang kerdil dan jangan cemas
Al Haq itu dimenangkan dan diuji
Maka janganlah heran karena itu sunaturrahman
Dan dengan itu akan nampak pendukungnya dari para penyerangnya
Dan karena itu pula manusia terbagi dua kelompok
Serta karena itu peperangan di antara para rasul
Dan kuffar semenjak ada manusia adalah tanding
Namun kemenangan akhir adalah bagi ahlul haq, bila lepas
Di sini maka kemenangandi sisi Sang Pemberi balasan.

Tamat Bihamdillah
Ditulis oleh Abu Muhammad Al Maqdisiy
12 sya’ban 1414 dari Hijrah Al Mushthafa saw

Penerjemah berkata : selesai akhir sya’ban 1426 H. LP Karawang B III 6
Di ambil dari kitab Laa tahzan
———————————————-

[1]  Dan liahat Munaqih Imam Ahmad karya Ibnu Jaujiy hal 342,343, sungguh di sana beliau telah menyebutkan pendahulu Imam Ahmad dari kalangan Ahlul Ilmi yang dipukul dan disakiti di jalan keteguhan di atas kalimatul haq …..dan contoh adalah banyak.
[2] Lihat hadist ini secara lengkap dalam musnad Ahmad dengan Tahqiq Ahmad syakir (7036)

(Maktab AK 56/arrahmah.com)

Kamis, 01 Desember 2011

DERADIKALISASI, TPM, DAN GENERASI IBNU MULJAM

Allah سبحانه وتعالى berfirman :

وَلَن تَرْضَى عَنكَ الْيَهُودُ وَلاَ النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ

"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka". (QS. Al-Baqoroh [2] : 120)

Allah semata-mata hanya hendak  memberikan ujian dan pelajaran dengan keberadaan orang-orang kafir sebagai fitnah di dunia ini, serta memerintahkan kita agar berjihad melawan mereka sehingga Allah mengetahui kebenaran iman (orang yang merealisasikan perintah-Nya dengan jihad) dari mereka yang dusta keimanannya lagi duduk-duduk tidak mau berjihad. Allah سبحانه وتعالى berfirman :

وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيراً

''Dan Kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. Maukah kamu bersabar? Dan adalah Rabbmu maha Melihat". (QS. Al-Furqon [25] : 20)

Allah سبحانه وتعالى juga berfirman :

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنكُمْ وَالصَّابِرِينَ

"Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kalian". (QS. Muhmammad [47] : 31)

Tidak diragukan, bahwa dengan kemampuan dan kekuasaan-Nya, Dia bisa menghancurkan orang-orang kafir dengan 'Kun Fayakun'. Dan benarlah bahwa Allah سبحانه وتعالى semata-mata ingin menguji kebenaran iman kita.

وَلَوْ يَشَاءُ اللَّهُ لَانتَصَرَ مِنْهُمْ وَلَكِن لِّيَبْلُوَ بَعْضَكُم بِبَعْضٍ

"Demikianlah apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain". (QS. Muhammad [47] : 4)

وَمَن جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهِ إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ

"Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam". (QS. Al-Ankabut [29] : 6)

Thoyyib, jika kita telah mengetahui akan pentingnya jihad dalam rangka menjalankan ujian dari Rabb kita, maka yang perlu dicamkan oleh masing-masing kita adalah, adanya batu-batu sandungan dalam meniti jalan ini.

Maka benarlah firman Allah سبحانه وتعالى :

وَلَن تَرْضَى عَنكَ الْيَهُودُ وَلاَ النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ

"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka". (QS. Al-Baqoroh [2] : 120)



A. Deradikalisasi, Upaya Manipulatif Kaum Kafir Dalam Meredupkan Cahaya Tauhid dan Jihad.


Apa-apa yang digulirkan oleh rezim thowaaghit di Indonesia -berupa program deradikalisasi atau UU Anti Terorisme-, sejatinya adalah untuk merevisi bahkan meredam ajaran Islam yang tertuang dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan mengalihkan pandangan kaum Muslimiin kepada isme-isme yang ditawarkan oleh kaum kafir Barat. Fokus issue yang selalu mereka bahas adalah penanggulangan terorisme, lalu diekspos oleh beberapa media secara masif, dan lantas menjadikan Islam dan kaum Muslimiin sebagai 'tersangka' dalam hal ini. Tanpa kita sadari hal ini dapat mengalihkan perhatian ummat dari musuh utama mereka dari kalangan kaum kafir, dan menjadikan mereka lupa akan kebiadaban kaum imperialis Barat. Bahkan tak tanggung-tanggung, mereka justru bersikap apatis terhadap Islam dan kaum Muslimiin sendiri. Dan hal ini tentunya akan melahirkan bibit-bibit penerus Abdullah bin Ubay. Tak tanggung-tanggung, bukan hanya kelompok munafikiin saja yang turut menyerang agama Islam ini, pun juga apa-apa yang dilakukan kelompok sesat dalam merusak Islam dari dalam, dan menjadikan agama suci ini sebagai bulan-bulanan ummat lain! Islam kali ini benar-benar seperti apa yang disinyalir oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Beliau صلى الله عليه وسلم bersabda :

يُوشِكُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمُ الأُمَمُ مِنْ كُلِّ أُفُقٍ كَمَا تَتَدَاعَى الأَكَلَةُ عَلَى قَصْعَتِهَا ، قُلْنَا : مِنْ قِلَّةٍ بِنَا يَوْمَئِذٍ ؟ قَالَ : لا ، أَنْتُم يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ ، وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ ، يَنْزَعُ اللَّهُ الْمَهَابَةَ مِنْ قُلُوبِ عَدُوِّكُمْ وَيَجْعَلُ فِي قُلُوبِكُمُ الْوَهَنَ ، قِيلَ : وَمَا الْوَهَنُ  قَالَ : حُبُّ الْحَيَاةِ وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ

''Hampir-hampir umat-umat lain mengerumuni kalian dari segenap penjuru sebagaimana (mereka mengerumuni) hidangan di atas piring besar''. Kami bertanya, ''Wahai Rasulullah, apakah kerana jumlah kita sedikit saat itu?''. Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda, ''Pada saat itu jumlah kalian banyak, tetapi kalian seperti buih air bah. Akan dicabut rasa takut dan hormat dari hati-hati musuh kalian, dan akan dijadikan pada hati kalian penyakit Al-Wahn''. Mereka bertanya, ''Apakah Al-Wahn itu?''. Nabi menjawab, ''Cinta kehidupan dan takut mati''. (HR. Ahmad, Abu Dawud, dari Tsauban, dishohihkan oleh Al-Albani)

Terbukti! Kondisi ummat Islam kali ini sangat persis seperti makanan yang dikerumuni oleh ummat-ummat lain di atas pring besar. Nampaknya hal ini tidak hanya dilakukan oleh orang-orang kafir atas orang Islam saja, tetapi kelompok sesat dan kalangan munafikiin pun meniru langkahy-langkah kaum kafir!



B. TPM, Antara Pertolongan dan Tuduhan.


Wajib bagi kaum Muslimiin untuk saling tolong-menolong dalam rangka mewujudkan kewajiban syar'i ini, yakni tadrib 'askari. Allah سبحانه وتعالى berfirman :

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى

''Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa". (QS. Al-Ma'idah [5] : 2)

Bentuk pertolongan adalah memudahkan perjalanan mereka untuk sampai di medan-medan tadrib dan medan-medan jihad, memberi dana yang diperlukan untuk hal itu, mengurusi keluarga dan orang-orang yang menjadi tanggungannya saat ditinggal tadrib dan jihad, serta bentuk pertolongan lainnya. Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda :

من جهز غازياً في سبيل الله فقد غزا، ومن خلف غازياً في أهله فقد غزا

"Barangsiapa meniapkan perbekalan orang yang berperang fii sabilillah, berarti telah berperang. Dan barangsiapa mengurusi keluarga orang yang berperang (dengan baik), berarti telah berperang". (Muttafaq 'Alaih)

Nabi صلى الله عليه وسلم juga bersabda :

من لم يغز أو يجهز غازيا أو يخلف غازيا في أهله بخير أصابه الله ‏ ‏بقارعة ‏ ‏قبل يوم القيامة ‏

"Barangsiapa yang belum pernah berperang dan belum menyiapkan perbekalan orang yang berperang, atau mengurusi keluarga orang yang berperang dengan baik, niscaya Allah akan menimpakan bencana sebelum hari kiamat". (HR. Abu Dawud, dengan sanad shohih. Dari Abu Umamah) 
Ini ditekankan bagi mereka yang belum pernah berperang, dan Allah tidak membebani menurut kemampuannya.

Setelah kita mengetahui akan kewajiban membantu Mujahidiin dan mewujudkan jihad fii sabilillah, maka jangan harapkan orang-orang kafir akan membiarkan bantuan-bantuan tersebut.

Mereka (orang-orang kafir) menghembuskan issue tentang kekafiran TPM. Dengan begitu, akan timbul pertanyaan dari benak masyarakat akan status Mujahidiin yang meminta bantuan atau dengan sukarela dibantu TPM. Kafirkah, atau masih luruskah keislaman mereka?

Munculnya issue ini ternyata berdampak negatif terhadap gerak langkah Mujahidiin, terlebih bagi mereka yang dipenjara.

Adapun dalam membantah kedustaan ini, maka saya mengharapkan kepada Allah agar pintu-pintu kebaikan dan hidayah dapat terbuka luas bagi kita. Aamiin...

1. Bagi mereka, perjanjian Hudaibiyyah tidak bisa dijadikan qiyas shohih dalam hal ini. Karena itu merupakan akad.

Mereka selalu berdalih, bahwa qiyas tentang perjanjian Hudaibiyyah adalah qiyas yang tidak benar. Orang yang menggunakannya tidak mengerti nash. Hujjah tersebut hujjah yang lemah, tidak boleh dipaksakan. Maka sedikit demi sedikit aku gugurkan syubhat baathil pengikut Ibnu Muljam ini.

Allah سبحانه وتعالى berfirman :

فَلَا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَجَاهِدْهُم بِهِ جِهَاداً كَبِيراً

"Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al Qur'an dengan jihad yang besar". (QS. Al-Furqon [25] : 52)

Allah سبحانه وتعالى juga berfirman :

فَلَا تَهِنُوا وَتَدْعُوا إِلَى السَّلْمِ وَأَنتُمُ الْأَعْلَوْنَ وَاللَّهُ مَعَكُمْ وَلَن يَتِرَكُمْ أَعْمَالَكُمْ 

"Janganlah kamu lemah dan minta damai padahal kamulah yang di atas dan Allah pun bersamamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi pahala amal-amalmu". (QS. Muhammad [47] : 35)

Allah سبحانه وتعالى juga berfirman :

وَلاَ تَرْكَنُواْ إِلَى الَّذِينَ ظَلَمُواْ فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُم مِّن دُونِ اللّهِ مِنْ أَوْلِيَاء ثُمَّ لاَ تُنصَرُونَ

"Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan".(QS. Huud [11] : 113)

Banyak sekali nash-nash yang melarang kita untuk mentaati kaum kafir, bersikap lemah, rukuun(condong), atau mudahanah terhadap kaum kafir.

Sufyan Ats-Tsauri رِحمه الله berkata :

"Barangsiapa mencairkan tinta atau merautkan pena atau mengambilkan kertas untuk mereka, maka dia telah terjerumus dalam larangan tersebut". (Millah Ibrohim)

Syaikh Hamd bin 'Atiq رِحمه الله berkata :

"Allah سبحانه وتعالى mengancam untuk menyentuhkan naar (api neraka) kepada setiap orang yang rukuun kepada musuh-musuh-Nya, meskipun hanya dengan berkata lembut". (Millah Ibrohim)

Dan yang jadi pertanyaan, lantas mengapa Rasulullah صلى الله عليه وسلم terkesan bersikap lemah dan mengajak damai, lalu juga lebih banyak mentaati keinginan kaum kafir dalam perjanjian Hudaibiyah? Bahkan syarat yang diajukan kaum musyrikiin Makkah pun diikuti. Seperti larangan untuk berkunjung ke Makkah tahun ini, dan hanya boleh tinggal selama tiga hari dan tidak boleh membawa senjata kecuali bersarung.

Jawabannya sangat mudah,
- Pertama, karena keyakinan Rasulullah terhadap Allah. Seperti dalam hadits,

إني رسول الله ولن يضيعني الله أبدا

"Sesungguhnya aku adalah Rasulullah. Percayalah, Allah tidak akan menyia-nyiakan aku untuk selamanya''. (Muttafaq 'Alaih) 

- Kedua, janji Alah kepada Rasul-Nya di dalam Al-Qur'an surat Al-Fath, ayat 27.  Allah سبحانه وتعالى berfirman :

لَقَدْ صَدَقَ اللَّهُ رَسُولَهُ الرُّؤْيَا بِالْحَقِّ لَتَدْخُلُنَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ إِن شَاء اللَّهُ آمِنِينَ مُحَلِّقِينَ رُؤُوسَكُمْ وَمُقَصِّرِينَ لَا تَخَافُونَ فَعَلِمَ مَا لَمْ تَعْلَمُوا فَجَعَلَ مِن دُونِ ذَلِكَ فَتْحاً قَرِيباً   

"Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat". (QS. Al-Fath [48] : 27)

- Ketiga, dalam kaidah fiqih kita sering mendengar kalimat-kalimat yang berbunyi,

الضر و را ت تبِيح المحذورا ت

"Keadaan-keadaan yang darurat itu membolehkan dilaksanakannya hal-hal yang dilarang". 

الضررالأ شد يزال بالضررالأخف

"Bahaya yang lebih besar dihilangkan dengan bahaya yang lebih ringan".

اذا تعارض مغسد تان روعي اعظمها ضرا را

"Apabila dua kerusakan berhadapan,maka bahaya yang lebih besar disingkirkan".

يختارا هو ن الشرين

"Dipilih keburukan yang lebih ringan". (Lihat Al-Qowaidul Fiqhiyyah,syaikh Musthofa Az-Zarqo,hal.25-28)

Keburukan yang lebih besar adalah meletusnya perang antara pasukan Musyrikiin Quraisy dengan kaum Muslimiin dari negara baru yang bernama Madinah.Karena tabiat kaum Quraisy adalah,

بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُونَ

"Sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar". (QS. Az-Zukhruf [43] : 58)

Tentu saja, pasukan Musyrikiin Quraisy akan lebih memilih perang jika keinginan mereka tidak dilaksanakan. Oleh karenanya, Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan sebagian sahabat lebih memilih mentaati perjanjian tersebut. Karena jika perang terjadi, tentunya negara Madinah akan mengalami keterlambatan dalam proses pengembangan negara Islami, dikarenakan meletusnya perang dengan pasukan Musyrikiin Quraisy di Makkah.

Bahkan salah seorang cendikiawan Muslim sekaligus pakar perbankan syari'ah menyebutkan manfaat dari perjanjian Hudaibiyah tersebut. Di poin ke empat ia berkata :

"Dengan tercapainya perjanjian gencatan senjata ini, Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم dan pengikutnya merasa lebih tenang dan dapat memfokuskan diri pada pengembangan da'wah Islam dan pembangunan tatanan sosial negara Madinah tersebut. Hal ini berarti, jalan untuk mengembangkan Islam ke wilayah-wilayah lain dapat dilakukan tanpa terganggu oleh ancaman pasukan Makkah".(Muhammad صلى الله عليه وسلم, The Super Leader Super Manager. Muhammad Antonio Syafi'i, hal. 160)

Kesimpulan.

Maka dalam hal-hal tertentu, dibolehkan melaksanakan hal-hal yang dilarang dalam Islam.Seperti halnya mentaati orang-orang kafir dalam sebuah perjanjian, rukuun, mudahanah, mujamalah. Yang tidak lain dan tidak bukan adalah untuk mengatur siasat dalam sebuah peperangan, membantu kaum Muslimiin, mengatur skenario untuk mengalahkan kaum kafir. Dan sekali lagi, hal-hal tersebut dilakukan jika memang terdapat manfaat yang sangat besar, dan juga dapat menghindri madhorot yang besar pula.

Dan kita ketahui pula dalam sebuah kisah yang terhimpun dalam kitab shohih Bukhori-Muslim, tentang kisah beberapa sahabat yang menjadi pembela Allah dan Rasul-Nya, yakni sahabat Muhammad bin Maslamah رضى الله عنه. Beliau رضى الله عنه menjalin hubungan kekerabatan dengan bangsawan Quraisy bernama Ka'ab bin Al-Asyraf. Penghormatan, pujian, sanjungan, sikap rukuun dan mudahanah ditunjukkan oleh sahabat Muhammad bin Maslamah رضى الله عنه kepada Ka'ab bin Al-Asyraf. Hal ini tidak lain dan tidak bukan adalah strategi yang ia atur demi memenuhi janjinya kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم dalam membunuh Ka'ab bin Al-Asyraf!

Sekarang aku bertanya wahai kaum Muslimiin! Bukankah perkataan dan perbuatan sahabat Muhammad bin Maslamah adalah tindakan yang dilarang dalam Islam!? Lantas mengapa ia menjadi seorang sahabat yang dihormati dikalangan kaum Muslimiin sampai hari ini!?

Akankah kalian wahai generasi pengikut Abdurrahman bin Muljam لعنت الله عليه, akan menganggap perkatan dan perbuatan sahabat Muhamamd bin Maslamah رضى الله عنه adalah suatu hal yangmukaffiroh (mengkafirkan)!? Padahal dalil-dalil menunjukkan bahwa kekafiran itu bisa terealisasi dari ucapan-ucapan yang mukaffiroh dan perbuatan-perbuatan yang mukaffiroh! Akankah kalian akan mengkafirkan sahabat yang mulian ini wahai juhala'...!?

Lantas jika aku hubungkan dengan sikap pembelaan TPM terhadap para Mujahidiin,apakah kalian tetap mengkafirkan mereka!? Padahal tujuan TPM adalah,"Meluruskan apa yang dilakukan oleh para Mujahidiin itu benar, serta menggali akar masalahnya dan meneliti bila ada rekayasa di dalamnya".

Dan dalam Al-Qur'an dan Hadits pun kita diperintahkan untuk tolong-menolong dalam kebaikan dan taqwa! Terlebih menolong Mujahidiin baik dia disaat lapang maupun sempit!

Apakah kalian mengkafirkan TPM atas tuduhan-tuduhan bahwa mereka bertahakum kepada thoghut!? Lantas apa itu makna tahakum!? Bisakah kalian membuktikan bahwa TPM itu bertahakum kepada thoghut melalui ucapan dan perbuatannya!? Atau jangan-jangan, kalian mengkafirkan mereka hanya karena mereka memiliki nama 'SH' sebagai nama tambahan mereka!? Atau jangan-jangan, kalian mengkafirkan mereka hanya karena mereka sering berkunjung ke pengadilan dan penjara!? Padahal tidak lain dan tidak bukan, apa-apa yang mereka ucapkan dan lakukan adalah untuk membantu Mujahidiin, menggapai manfaat yang lebih besar, dan menghindari kemadhorotan!!
Sungguh, sungguh naif diri kalian wahai takfiriyyun...!!

2. Bagi mereka, TPM dan Mujahidiin itu bertahakum kepada thoghut.

Apaitu makna tahakum!!?

- Apakah kalian menganggap pembagian emas yang dilakukan oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم kepada beberapa sahabat merupakan keputusan hukum yang tidak adil!? Sama seperti apa yang disangka oleh penghulu kalian bernama Dzul Khuwaishiroh At-Tamimi لعنت الله عليه!!!

- Apakah kalian menganggap sahabat Mu'awiyah رضى الله عنه dan Ali رضى الله عنه  mengangkat orang-orang sebagai penentu hukum mengenai urusan Alah!? Sama seperti penghulu kalian yang disebut sebagai kelompok Haruriyyun!! Padahal apa-apa yang dilakukan pihak Mu'awiyah رضى الله عنه dan pihak Ali رضى الله عنه adalah upaya untuk mengukuhkan perdamaian!!

- Apakah kalian menganggap seseorang yang mengambil dan memakan buah kurma di kaki bukit Nahrowan sebagai orang yang tidak berhukum kepada hukum Allah!? Sama seperti apa yang dilakukan oleh pendahulu kalian ketika singgah di kaki bukit Nahrowan!!

Sekali lagi aku tanyakan kepada kalian wahai generasi pengikut Abdurrahman bin Muljam!!! APA ITU MAKNA TAHAKUM!!???


Selesai catatan ini. Bagi yang kurang yakin akan kebathilan generasi pengikut Abdurrahman bin Muljam ini, maka aku ingatkan sekali lagi wahai saudara-saudaraku yang aku cintai karena Allah, sesungguhnya mereka adalah kelompok sesat yang menjadi batu sandungan dalam da'wah Tauhid dan Jihad ini. Bahkan yang sangat mengagetkan, mereka selalu memfokuskan diri untuk menyerang Mujahidiin yang terkungkung oleh sikap lalim rezim thowaaghit, ketimbang harus memfokuskan diri untuk menyerang rezim thowaaghit yang menggulirkan dan menjaga qowanun wadh'iyyah. Dan aku pun memilik bukti akan kata-kata penghulu mereka yang menjadi rujukan para keledai takfiriyyun ini. Kata-kata yang begitu menyayat hatiku, celaan dan hinaan 'ustadz' mereka terhadap 'ulama Mujahid (bapak pergerakan Tauhid dan Jihad di bumi pertiwi ini). Tuduhan-tuduhan miring dan tak berdasar, sama seperti tuduhan yang dilancarkan oleh thoghut terhadap 'ulama kita (tuduhan dan celaan kepada ustadz Abu Bakar Ba'asyir dan ikhwan lainnya). Baarokallohu fiikum...


Sumber:
- Al-Qur'anul Kariim.
- Shohih Bukhori-Muslim.
- Al-Umdah Fii I'dadil 'Uddah.
- Millah Ibrohim.
- Talbis Iblis.
- Muhammad صلى الله عليه وسلم,The Super Leader Super Manager.
- www.eramuslim.com