Islam datang untuk mengeluarkan manusia dari sempitnya dunia menuju
lapangnya dunia dan akhirat. Artinya, seorang muslim yang benar imannya tidak
pernah beranggapan apalagi berkeyakinan bahwa dunia merupakan segala-galanya
apalagi final.
Sedangkan seorang yang berfaham sekular adalah seorang hamba dunia. Ia
sangat berkeyakinan bahwa dunia merupakan tempat final untuk mencapai puncak
kesuksesan. Bila ia gagal dalam hidupnya di dunia berarti ia telah gagal total,
seolah dirinya telah terjerembab ke dalam jurang neraka dengan penderitaan
sejatinya. Sebaliknya, bila ia mencapai keberhasilan di dunia ia menyangka
dirinya telah mencapai surga yang kebahagiaannya bersifat hakiki. Ini semua
lantaran ia sangka bahwa sesudah dunia tidak ada apa-apa lagi. ”It’s now or
never, ” begitulah prinsip hidupnya.
وَقَالُوا مَا هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ
وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا إِلَّا الدَّهْرُ وَمَا لَهُمْ بِذَلِكَ مِنْ عِلْمٍ
إِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ
“Dan mereka berkata, “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di
dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita
selain masa”, dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu,
mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja”.(QS Al-Jatsiyah ayat 24)
Seorang yang berlogika seperti di atas mustahil bisa mendapatkan segenap
kebaikan dan hikmah Ramadhan. Mengapa? Sebab bulan agung dan berkah ini hanya
diperuntukkan bagi orang yang beriman. Sedangkan mereka yang tidak berimansulit
untukmerasakan keistimewaannya. Coba lihat bagaimana Nabi menjelaskan dan
menggambarkan keagungan bulan Ramadhan dalam berbagai pesan beliau.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ
وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا
بَابٌ وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِي
مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ وَلِلَّهِ
عُتَقَاءُ مِنْ النَّارِ وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ
Barsabda Rasulullah saw: “Bila tiba malam pertama bulan Ramadhan para
syaithan dibelenggu, maksudnya jin. Dan pintu-2 Neraka ditutup dan tak satupun
yang dibuka dan pintu-2 surga dibuka dan tak satupun yang ditutup dan ada
penyeru yang menyerukan: ”Wahai para pencari kebaikan, sambutlah(songsonglah)
dan wahai para pencari kejahatan, tolaklah(hindarilah).” Dan Allah memiliki
perisai dari api neraka. Dan yang demikian terjadi setiap malam.” (HR Tirmidzi)
Coba perhatikan hadits di atas. Ia sarat dengan ungkapan mengenai perkara
akhirat dan alam ghaib. Bagaimana mungkin seorang sekularis akan bisa menerima
isi hadits di atas? Hanya seorang yang memang benar-benar beriman akan adanya
akhirat dan alam ghaib-lah yang bisa menerima dan akhirnya meyakini kandungan
hadits di atas. Namun seorang sekularis pastilah akan mentertawakan dan
mengingkari kandungan hadits tersebut. Atau paling jauh ia akan memaksakan
penafsiran simbolis dan liberal atas kandungannya.
Itulah sebabnya kita masih sering mendengar pendapat yang seolah melecehkan
kegagalan ummat Islam untuk bisa berproduktivitas di bulan Ramadhan setara
dengan produktivitasnya di bulan-bulan lainnya. Inilah pendapat seorang
sekularis. Mereka masih saja memaksakan cara pandang dunia terhadap sebuah
momen yang tolok ukur kemuliaannya tidak bisa ditakar dengan cara demikian.
Oleh karenanya Allah ta’aala sebutkan apa sesungguhnya target keberhasilan
orang-orang yang berpuasa di bulan Ramadhan.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ
الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, ” (QS Al-Baqarah
ayat 183)
Allah ta’aala inginkan kita mencapai ketaqwaan di bulan Ramadhan. Allah
ta’aala tidak menuntut kita agar terpengaruh dengan dunia ini dan terus
berlomba meraih kesuksesan dunia di saat pintu-pintu surga sedang dibuka
lebar-lebar dan pintu-pintu neraka ditutup rapat-rapat. Alangkah sayangnya,
bilamana pada momen begitu besar peluang meraih keberhasilan ukhrowi kemudian
manusia masih saja tenggelam dalam perlombaan merebut dunia…!
وَابْتَغِ فِيمَا آَتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآَخِرَةَ
وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(keni`matan) duniawi.” (QS Al-Qoshosh ayat 77)
Semoga Allah ta’aala jauhkan kita dari masuk ke dalam golongan sekularis.
Golongan yang bahkan ketika bulan penuh berkah dan rahmat Allah ta’aala datang
mereka masih saja tertipu dan terlena dengan dunia. Sehingga mereka tidak
berusaha memanfaatkan peluang emas hujan rahmat Allah ta’aala berupa bulan
Ramadhan ini untuk menjadikan hidupnya lebih bermakna dan terarah.
Bagi kalangan sekularis bulan Ramadhan pada akhirnya sama saja dengan
bulan-bulan lainnya. Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah ta’aala
di bulan yang agung ini. Wa na’udzubillahi min dzalika.