Segala puji hanya bagi Allah, kami memuji-Nya, memohon pertolongan kepada-Nya, meminta ampunan kepada-Nya dan kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kami dan dari keburukan amalan-amalan kami. Siapa orang yang Allah menunjukinya maka tiada satupun yang bisa menyesatkannya, dan siapa yang Dia sesatkan maka tidak satupun yang bisa menunjukinya. Saya bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadati kecuali Allah saja tidak ada sekutu bagi-Nya, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.
Kepada mereka yang sesat jalan dan salah jalan kemudian mereka mengira bahwa mereka berada di atas kebenaran…
Kepada mereka yang telah menyia-nyiakan kemampuan dan waktu – dalam jalan-jalan yang bengkok lagi salah – tanpa manfaat atau faidah…!!!
Kepada mereka yang membuat kerusakan dan tidak membuat perbaikan, kemudian mereka mengira bahwa mereka telah berbuat sebaik-baiknya atau bahwa mereka berada di pintu dari pintu pintu Islam…!!!
Kepada para pencari kebenaran dan dalil – apa saja golongan mereka – seraya jauh dari ta’ashshub kepada hawa
nafsu, tokoh dan partai…!!!
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu
mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Ali ‘Imran :102).
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا آَثِيرًا
وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ آَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanyaAllah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (An Nisaa’ : 1).
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا , يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ
اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah
dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki
bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan
barangsiapa menta`ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya
ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (Al Ahzab : 70-71).
Amma Ba’du
Sesungguhnya ucapan sebaik-baiknya adalah Kitabullah, dan tuntunan yang paling baik adalah tuntunan Muhammad SAW, sedangkan urusan yang paling buruk adalah yang diada-adakan, dan setiap yang diada-adakan adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat, sedangkan setiap kesesatan adalah di neraka.
Ya Allah, Rabb Jibril, Mikail dan Israfil, Pencipta langit dan bumi, Dzat Yang Mengetahui yang ghaib dan yang
nyata… Engkau memutuskan di antara hamba-hamba-Mu dalam apa yang mereka perselisihkan, berilah kami petunjuk terhadap apa diperselisihkan di dalamnya berupa al haq dengan izin-Mu,
sesungguhnya Engkau memberi petunjuk orang yang Engkau kehendaki kepada jalan yang lurus.
Umat Islam ini masih senantiasa terjaga lagi aman, kokoh lagi tegar di hadapan ketamakan umat-umat kafir dan durjana
sepanjang tenggang waktu yang mana ia dipimpin oleh khalifah muslim yang memimpinnya dengan dien, menghukumnya dengan syari’at Rabbul ‘alamin, melindungi kehormatan dan hak-hak kaum muslimin dengan kekuatan sulthan dan menggetarkan musuhmusuh mereka dengan jihad yaitu dari berani melakukan sikap
lancang… Saat itu kaum muslimin berada dalam kebaikan, ‘izzah, kemuliaan dan haibah (disegani), yang mana musuh berhitung seribu kali sebelum berfikir untuk melakukan sedikit penganiayaan, sampai akhirnya runtuh akhir pilar-pilar
Khilafah Utsmaniyyah di awal abad ini yang telah lalu dengan perbuatan dan taqshir kaum muslimin itu sendiri dan dengan makar yang dahsyat yang dirancang dan direncanakan oleh semua kekuatan kafir, thaghut dan kezaliman di dunia ini.
Dan dari saat itu – yaitu semenjak kejatuhan Khilafah Utsmaniyyah – runtuhlah tembok yang kokoh yang menghalangi
musuh dari merealisasikan keinginannya dan maksudnya di tengah umat ini. Dan memang sungguh jalan di hadapan mereka telah lenggang dan mulus untuk melakukan penganiayaan yang mereka inginkan… kemudian mereka menginvasi negeri kaum muslimin setelah mereka membagi-baginya di tengah mereka – tanpa lelah dan cape -, mereka memperkosa kehormatan dan mereka mengerukkekayaan alam serta mereka mampu menjauhkan Islam dari realita hidup manusia di semua tingkatan : pemerintahan dan rakyat…
kemudian mereka memaksakan hukum-hukum dan undang-undang kafir
mereka sebagai pengganti syari’at Rabbul ‘alamin…!
Dan inilah tujuan mereka terbesar dari invasi dan pendudukan; yaitu bagaimana mereka menjauhkan dien ini dari
realita kehidupan, dan bagaimana mereka bisa menghalangi kaum muslimin dari hidup di atas keislaman mereka sesuai dengan cara yang diridlai Rabb mereka swt serta merealisasikan kebahagiaan dan kepemimpinan mereka di dunia dan di akhirat, karena musuh-musuh itu mengetahui benar bahwa rahasia kekuatan kaum muslimin terletak pada keteguhan mereka terhadap ajaranajaran dien yang hanif ini, dan bahwa kaum muslimin bisa mengembalikan kejayaan mereka dan peranannya dalam mengendalikan umat-umat dan bangsa-bangsa di waktu yang mana mereka kembali di dalamnya kepada dien mereka dengan benar serta memegangnya dengan serius dan kuat…! Oleh sebab itu tatkala para penjajah itu hendak keluar – karena banyak sebab yang tidak ada tempat untuk menuturkannya disini – dari negeri kaum muslimin, mereka menempatkan sebagai pengganti mereka para thaghut yang berasal dari bangsa kita dan tanah air kita serta berbicara dengan lisan kita, agar mereka berupaya keras dalam melaksanakan kepentingankepentingan mereka dan merealisasikan tujuan-tujuan mereka dan maksud-maksud mereka yang dekat dan jauh – yang mana mereka telah datang untuk hal itu – di negeri kaum muslimin…!
Mereka menanam para thaghut yang mana mereka itu lebih kafir dan lebih aniaya terhadap umat ini dari kafir penjajah
luar, serta mereka lebih antusias – dibandingkan dengan tuantuan mereka – terhadap penerapan politik-politik mereka, tujuan-tujuan mereka dan undang-undang mereka……!
Kafir penjajah keluar dari negeri kaum muslimin dengan jasadnya, dan ia masih ada di tengah umat dengan tsaqafahnya, adatnya dan undang-undangnya. Ia masih ada di tengah umat dengan bentuk para diktator yang dzalim lagi berkuasa yang ia tempatkan mereka untuk menjaga kepentingan-kepentingan mereka dan tujuan-tujuan mereka…!
Oleh sebab itu sesungguhnya hengkangnya mereka itu adalah gambaran saja bukan sebenarnya, dan bahwa umat ini sampai hari ini masih dijajah dan diperbudak oleh kekuatan kafir dengan nama-nama Islamiyyah dan ‘Arabiyyah yang lokal yang mana mereka itu lebih dahsyat penindasannya dan permusuhannya terhadap Islam dan kaum muslimin daripada musuh-musuh mereka yang asli…!
Para thaghut hukum itu sampai saat ini masih senantiasa mendapatkan dukungan, sokongan, perlindungan, dan penutupnutupan akan kebejatan-kebejatan mereka terhadap rakyatnya dari pihak tuan-tuan mereka dan auliyanya di barat yang salibis, sesuai kadar dan upaya yang mereka kerahkan dalam khidmat kepada mereka dan kepada tujuan – tujuannya serta politik-politiknya di kawasan itu; oleh sebab itu kita melihat para thaghut kekafiran berlomba-lomba di antara mereka dalam berkhidmat kepada para tuan mereka dan dalam merealisasikan mereka dengan penuh keseriusan dan giat. Bila salah satu di antara mereka melangkah satu langkah di jalan ini maka yang lain melangkah sepuluh langkah karena khawatir didahului yang lain dalam meraih ridla para tuan dan dalam menggapai cinta kasih mereka, dan agar mereka tidak marah kepadanya terus melengserkannya dari kursi kekuatan dan menggantinya dengan orang lain yang lebih setia kepada mereka daripada dia…!!
Semenjak itu maka pikiran para du’at yang berjuang untuk Islam terfokus pada jalan yang melaluinya mereka mampu
mengembalikan bagi umat ini kehidupannya yang Islamiyyah, serta mereka mengembalikan untuknya kekuasaannya dan khilafahnya yang rasyidah setelah ia dilenyapkan dari alam wujud…!
Dan umat sejak waktu itu hingga saat ini senantiasa mempersembahkan syahid demi syahid dari kalangan anak-anaknya
– fi sabilillah – demi tegaknya Khilafah rasyidah yang mengayomi seluruh kaum muslimin di seluruh belahan bumi dengan berbagai warna kulit, bahasa, negara, dan bangsa mereka. Ia merasakan kepedihan-kepedihan mereka dan impian-impian mereka, disana mereka mendapatkan perlindungan yang dengannya mereka berlindung dari bahaya-bahaya musuh yang mengelilingi mereka dari segala penjuru. Dan pengerahan upaya, pemberian dan jihad serta sesuatu yang ditawarkan adalah Khilafah rasyidah yang mana tidak tegak bagi dien ini dan hukum-hukumnya secara sempurna kecuali dengannya, dan tidak ada keamanan dan kenyamanan bagi kaum muslimin dan bagi negeri-negeri mereka dari gangguan musuhmusuhnya kecuali dengannya, serta tidak ada rasa kapok bagi orang-orang dzalim dan para perampok kecuali dengannya. Oleh sebab itu diriwayatkan dari Khalifah ketiga Utsman Ibnu ‘Affan ra bahwa ia berkata : “Sesungguhnya Allah membuat jera dengan sulthan suatu yang tidak jera dengan Al Qur’an”. Jadi Al Qur’an Al Karim mesti memiliki kekuatan dan kekuasaan yang melindunginya dan menerapkannya terhadap manusia, mengayominya
serta menjaga hukum-hukum dan syari’at-syari’atnya. Al Qur’an dan pedang penguasa keduanya berjalan berdampingan, satu sama lain saling mendukung, bila salah satunya lemah pengaruhnya dari menyokong yang lain maka perjalanan Islam – tidak bisa dipungkiri – mengalami kelemahan, keterpurukan dan keterbelakangan.
Rasulullah saw berkata : “Imam itu hanyalah perisai yang dilakukan perang di belakangnya dan dijadikan tempat
perlindungan.” Muttafaq ‘alaih. Dan dari Abi Bakrah, berkata : Saya mendengar Rasulullah
saw berkata : “Sulthan itu adalah payung Allah di bumi, siapa yang memuliakannya maka dia telah memuliakan Allah, dan siapa yang menghinakannya maka Allah menghinakan dia.” (Dikeluarkan oleh Ibnu Abi ‘Ashim dalam As Sunnah, Syaikh Nashir berkata dalam Takhrijnya 1024 : hadits hasan).
Sulthan muslim yang adil adalah payung Allah di bumi ini, karena ia berjuang untuk menerapkan hukum-hukumnya dan
syari’at-syari’atnya di bumi ini, dan dengannya kehormatan dien ini terjaga dan panji-panjinya tinggi berkibar.
Umar Ibnul Khaththab ra berkata : “Tidak ada Islam tanpa jama’ah, dan tidak jama’ah tanpa imarah serta tidak ada imarah tanpa mendengar dan ketaatan.”
Dan ini adalah hal-hal yang saling berkaitan dan saling mengharuskan, salah satunya mengharuskan dan menguatkan yang lain serta menghantarkan kepadanya, tidak tegak baginya kecuali dengannya. Oleh sebab itu kita tidak menyelisihi al haq dan kebenaran bila kita katakan bahwa ‘amal dalam rangka menegakkan Khilafah rasyidah adalah tergolong tujuan tertinggi dan teragung dien ini, dan tidak ada tujuan yang digapai oleh kaum muslimin yang lebih tinggi dari penegakkan khilafah
rasyidah selain tujuan tauhid yang untuknya Allah menciptakan makhluk, dan Dia mengutus para rasul serta Kitab-kitab Dia turunkan, dan di jalannya segala tujuan dianggap murah dan dikerahkan segala yang mahal dan berharga.
Khilafah, shultan, negara dan makna-makna syaukah dan kekuatan lainnya semuanya masuk sebagai sarana-sarana yang
langsung dan penting dalam rangka merealisasikan tauhid di bumi ini, serta dalam rangka menggusur manusia dari
peribadatan terhadap manusia kepada peribadatan terhadap Rabb manusia, dan dari kezaliman agama-agama kepada keadilan Islam, serta dari kesempitan dunia dan penjaranya kepada keluasan akhirat dan surganya.
Dan dari sini datang pentingnya penyiapan bahts yang saya namakan “Ath Thariq Ilaa Isti-nafi hayatin Islamiyyah Wa Qiyam Khilafatin Rasyidah ‘Ala Dlail Kitab Was Sunnah” terutama sesungguhnya banyak dari kalangan aktivis di bidang dakwah terhadap dien ini telah salah dan sesat dari jalan yang syar’iy lagi shahih…!
Dan ucapan saya “’Ala Dlail Kitab Was Sunnah”, yaitu bahwa saya komitmen dengan dalil-dalil Al Kitab Was Sunnah –
yang dengannya hujjah tegak – dalam setiap apa yang saya tetapkan dan saya jelaskan dalam bahts ini. Dan ini apa yang akan bisa dilihat oleh pembaca dengan jelas Insya Allah ta’ala.
Kami memohon kepada Allah ta’ala pelurusan, taufiq dan penerimaan… sesungguhnya Dia ta’ala Maha Mendengar lagi Maha Dekat… Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada penghulu kita, Nabi kita, pengajar kita dan panglima kita Muhammad, keluarganya dan para sahabatnya…
Amin…!!!
(ABU BASHIR AT-TARTHUSI)