"Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu merasa kesakitan, maka sesungguhnya mereka pun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (an-Nisa’:104)"

Rabu, 26 Januari 2011

CATATAN UNTUK IKHWAH YANG BERJUANG LEWAT PARTAI

Tidak diragukan bahwa setiap muslim yang masih mempunyai kepedulian terhadap islam pasti menginginkan islam kembali berjaya, menjadi sebuah sistem dan undang-undang yang mengatur kehidupan individu maupun masyarakat. Berbagai macam cara untuk itu pun dilakukan, baik dengan kekerasan maupun non kekerasan. Terlepas manakah cara yang benar, mendirikan partai politik Islam sebagai wadah perjuangan menegakkan syariát Islam merupakan cara yang dianggap sesuai pada zaman sekarang oleh banyak aktivis Islam. Dengan partai ini mereka akan bertarung dengan partai-partai sekuler penolak syari’at Islam di atas panggung parlemen dengan pemilu sebagai aturan mainnya. Bahkan, sebagian mereka menganggap hanya dengan cara inilah Islam dapat kembali berjaya.
Terlepas apakah cara ini dibenarkan dari segi syariát atau tidak, ada beberapa catatan bagi anda yang berjuang melalui partai Islam dalam menegakkan syariát Islam, Anda harus memperhatikan dan merenungkannya lama-lama:
1. Sebagaimana kita ketahui, aturan main dalam pertarungan ini ditentukan bukan oleh kalangan partai Islam, tetapi oleh pesaing kita dari kalangan orang-orang sekuler (nasionalis) penolak syariát Islam yang sedang berkuasa saat ini. Sebagai pembuat aturan main, tentu saja mereka lebih tahu dan lebih pintar dalam menggunakannya, bahkan dengan leluasa dapat menekak nekuknya sesuai selera mereka. Karena itu, anda sebagai aktivis partai Islam harus berlatih super keras agar lebih lihai dan cerdik, sehingga anda dapat mengalahkan mereka melalui cara yang mereka sendiri tentukan. Sebagai analogi yang mudah, anda sedang bertarung dengan macan dengan cara yang ditentukan macan itu: pakai taring dan cakar. Tentu saja, untuk mengalahkan lawan anda, taring dan cakar anda harus lebih ganas dan tajam. Karena itu anda harus berlatih super keras untuk menajamkan serta menguatkan taring dan cakar anda.
Bagi kami, tentu saja pekerjaan ini sangat berat. Karena itu, sangat lebih baik bila kita menggunakan cara kita sendiri menurut apa yang sudah digariskan dalam Al-Qurán dan As-Sunnah. Namun, bila anda tetap berjuang melalui partai politik, konsekusensinya adalah anda harus rela berberat-berat membuat taring dan cakar anda lebih kuat dan tajam daripada taring dan cakar macan. Bila tidak, partai Islam akan selalu menuai kekalahan. LLL
2. Sebagai konsekuensi dari perjuangan lewat pemilu, bila partai Islam anda kalah dan pihak sekuler nasionalis yang mendapatkan suara terbanyak, maka umat Islam harus memberikan kepatuhannya kepada mereka. Tentu saja, dilihat dari segi syariát hal seperti ini sama sekali tidak boleh terjadi. Umat Islam tidak boleh mengakui orang diluar mereka sebagai pengusa yang sah bagi mereka, meski menang mutlak melalui pemilu. Karena itu, tugas anda sebagai aktivis partai politik yang ikut meramaikan pemilu adalah menjelaskan kaum muslimin akan hakekat ini.
Hal ini bukan pekerjaan tanpa resiko yang berat. Sebab, menurut aturan main dalam sistem pemilu, pihak yang kalah harus tunduk kepada pihak yang menang. Bila tidak, mereka akan dianggap pengkhianat. Ketika partai Islam mengalami kekalahan, mereka tentu bagai makan buah simalakama: bila mereka tunduk kepada pihak pemenang yang tak lain adalah partai sekuler yang tentu saja bukan Islam, berarti mereka melanggar syariát yang melarang orang muslim tunduk kepada orang di luar Islam, termasuk orang sekuler; bila mereka tidak mau tunduk kepada orang-orang sekuler yang menang itu, niscaya cap pengkhianat akan dilekatkan pada mereka.
Namun, anda sebagai aktivis muslim, meskipun berjuang lewat partai, dan meskipun partai anda kalah, anda tetap harus memilih Allah dan Rasul-Nya mengikuti syariát yang Ia tetapkan dan tidak melanggarnya.
Bagi para ikhwah yang berjuang bukan lewat partai, tentu saja hal ini bukan menjadi masalah, sebab kalaulah partai sekuler menang, mereka tetap tidak harus mengakuinya sebagai penguasa.J
3. Sebagai efek dari ikut sertanya aktivis muslim dalam pemilu, banyak umat Islam kehilangan tolok ukur hakiki (syariát) dalam menimbang manakah yang layak dan mana yang tidak, mana yang benar dan mana yang salah, mana yang pantas dikuti dan mana yang tidak, mana yang sah menjadi penguasa dan mana yang tidak. Sebagai gantinya, mereka menjadikan ‘suara mayoritas’ sebagai barometer. Padahal tidak semua pendapat mayoritas itu benar, layak dan pantas diikuti. Bila seorang dokter memberi obat tertentu kepada anak anda yang sedang sakit, tapi seribu tukang pakir menyatakan tidak setuju, siapakah yang akan anda ikuti? Seorang dokter atau seribu tukang pakir? Bila pembuat pesawat terbang mengeluarkan buku panduan dalam perawatan pesawat terbang dan di saat yang sama seribu tukang becak juga membuat bukuan panduan lain tentang itu, manakah yang akan anda gunakan? Bila Pencipta manusia yang tahu tentang selak beluk manusia membuat suatu aturan untuk mereka, sementara mayoritas rakyat yang sangat tidak lebih tahu dari Pencipta mereka juga membuat aturan lain untuk diri-diri mereka, mana yang akan anda ikuti? Hakekat ini wajib anda jelaskan kepada umat, agar mereka tetap berada di atas tolok ukur yang benar, tolok ukur syariát, bukan ‘suara mayoritas’.
Bila seluruh aktivis Islam tidak ikut pemilu dan berjuang di luar panggung demokrasi, baik dengan dakwah ataupun jihad, efek yang timbul akan lebih baik: umat Islam akan paham bahwa Islam memang tidak pernah mengenal demokrasi dengan pemilu sebagai aturan mainnya.

Senin, 24 Januari 2011

Dasar Dien Islam


Imam Syaikh Muhammad bin Abdul  Wahhab berkata pokok dan dasar dien Islam itu ada dua :

Pertama, Perintah untuk beribadah kepada Allah saja dan tidak ada sekutu bagi-Nya, dorongan untuk melaksanakan perintah tersebut, dan saling ber-wala (loyal) atas dasar perintah tersebut serta mengakfirkan orang yang meninggalkan perintah tersebut.

Kedua, Peringatan agar menjauhi perbuatan syirik  dalam beribadah kepada Allah bersikap keras dalam masalah ini, dan mengkafirkan orang yang melakukan ini,dan mengkafirkan orang yang melakukann ya
Inilah tauhid yang didakwahkan oleh para rasul. Dan ini merupakan makna kalimat la ilaha illallah, yaitu ikhlas, mentauhidkan dan mengesakan Allah ta’ala dalam beribadah, ber-wala kepada dien-Nya dan kepada wali-wali-Nya, kufur dan bara’ kepada segala sesembahan selain Allah ta’ala, dan memusuhi musuh-musuh-Nya

Inilah tauhid I’tiqadi sekaligus tauhid amali. Dan surat Al-Ikhlas merupakan dalil untuk tauhid I’tiqadi sedangkan surat Al-Kafirun merupakan dalil untuk tauhid amali. Dahulu Rasulullah sering membaca dua surat tersebut dan senantiasa membacanya dalam shalat sunnah fajar dan yang lain….karena sangat pentingnya dua surat tersebut

Minggu, 23 Januari 2011

Untuk mereka yang sedang berdiam diri

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang dijalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) dari pada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu dan itulah kemenangan besar.” (QS. At-Taubah : 11)

Sesunguhnya, masuk Dalam agama Islam bagaikan jabat tangan dalam transaksi jual-beli antara penjual dan pembeli….Allah sebagai pembelinya dan seorang mukmin sebagai penjualnya. Ini adalah transaksi jual beli langsung dengan Allah. Setelah transaksi itu, tidak tersisa sedikitpun sesuatu dalam diri seorang mukmin maupun dalam hartanya yang bisa menghalanginya dari Allah dan jihad fi sabilillah. Demi menjadikan kalimat Allah yang tertinggi dan seluruh agama hanya milik Allah……..

Sungguh, jihad di jalan Allah adalah sebuah perjanjian yang terikat di leher setiap mukmin. Setiap mukmin secara mutlak tanpa terkecuali, sejak adanya para rasul, dan sejak adanya agama Allah, jihad di jalan Allah  adalah sunnah yang pasti berlaku, yang tanpanya kehidupan ini tidak bisa berjalan lurus, dan dengan meninggalkannya kehidupan  tidak bisa berjalan dengan baik. Dengan pertolongan-Mu ya Allah sesungguhnya akad itu sangat menakutkan mereka yang menganggap diri mereka sebagai kaum muslimin  di bagian bumi sebelah timur dan barat, mereka hanya duduk-duduk dan berdiam diri tidak berjihad untuk menegakkan keilahan Allah di seluruh persada bumi. Dan untuk mengusir para thagut yang telah merampas hak-hak ke –ilah-an dan kekhususan-kekhususan-Nya dalam kehidupan para hamba, mereka tidak membunuh dan tidak terbunuh. Mereka tidak berjihad sama sekali untuk melawan pembunuhan dan perperangan.

Maklumat Bara

Kepada para thagut dimana pun dan kapanpun berada...

Kepada para thagut yang berwujud pemerintah, penguasa, presiden, perdana mentri, kaisar, kisra, dan raja

Kepada pembantu-pembantu mereka dan ulama-ulama mereka yang menyesatkan....

Kepada loyalitas-loyalitas mereka, bala tentara mereka, aparat kepolisian mereka, intel-intel mereka, hakim-hakim dan penjaga-penjaga mereka..

kepada mereka semua....kami katakan....

Sesungguhnya kami bara' terhadap kalian dan terhadap apa yang kalian ibadahi selain Alloh...

Kami bara' terhadap undang-undang kalian, manhaj-manhaj kalian, hukum kalian, dan prinsip-prinsip kalian yang buruk....

Kami kufur terhadap kalian dan telah nyata permusuhan dan kebencian antara kami dan kalian selam-lamanya sampai kalian beriman kepada Alloh saja....

Sungguh, akan aku perangi musuh-Mu selama Engkau menghidupkanku....

Dan sungguh, akan aku jadikan perang mealwan mereka sebagai adat kebiasaan....

Akan aku bongkar borok mereka di hadapan manusia....

Dan akan aku cengangkan mereka dengan lisanku yang mengatakan....

Matilah kalian dengan membawa kemarahan kalian karena Rabbku mengetahui....

kebusukan yang tersembunyi dalam hati kalian

Dan Allah-lah yang akan membela dien dan kitab-Nya

Serta Rasul-Nya yang akan membela dengan ilmu dan kekuasaannya

Kebenaran itu adalah penopang yang tidak akan dapat dirobohkan oleh seorang pun....
meskipun seluruh jin dan manusia berkumpul untuk melakukannya......

Ibnul Jauzy

Selasa, 18 Januari 2011

TIADA KEMULIAAN TANPA ISLAM

Sesungguhnya Umar bin Khattab r.a. sebagai sahabat besar Nabi Muhammad SAW., berkata tentang haq (kebenaran), dalam ucapannya beliau berkata  :
“Kami adalah orang-orang yang Allah beri kemuliaan dengan Islam dan jika kami mencari kemuliaan yang lain selain daripada Islam, maka Allah akan  menghinakan kami.” (Hayyat us Shahabbah dan Usud ul Ghaab oleh Ibnu Katsir)
Arti dari hadits ini (perkataan ini) adalah bahwa tidak ada kemuliaan, kekuatan, kekuasaan, kehormatan, keagungan atau perhatian melainkan dalam Islam. Dan barangsiapa yang mencari kemuliaan, perhatian dan kehormatan dari selain Islam maka Allah akan menghinakan dan mempermalukannya dalam kehidupan dunia dan akhirat nanti.
Orang-orang yang beriman (orang muslim) memiliki hak istimewa yang khusus, kehormatan dan kemuliaan, karena dapat melihat wajah Tuhan mereka di surga (Insya Allah). Adapun orang-orang yang tidak beriman (orang-orang non muslim) dan orang-orang munafik (orang-orang yang dusta dalam menyatakan diri mereka sebagai muslim) tidak akan pernah dapat melihat Allah dan tidak akan dapat berjalan dengan wajah-wajah mereka di hari pengadilan nanti, yang menyebabkan mereka masuk ke dalam kobaran api neraka, dimana mereka akan tinggal di sana untuk selamanya. Bagaimanapun, orang-orang yang tidak beriman dan orang-orang munafik tidak menyadari akan fakta-fakta hukum (syariah) tersebut dan tidak mempercayainya. Ini disebabkan karena kekufuran mereka (mengingkari dan tidak beriman kepada Allah dan terhadap apa-apa yang telah Allah turunkan) yang menjadi sebab kehinaan mereka dan perbuatan merekalah yang merintangi/menghalangi mereka dari kebenaran.
Sayang sekali, sungguh menyedihkan melihat umat Islam di Barat (maupun di Timur) yang mencari kemuliaan, kehormatan, dan perhatian dari orang-orang kafir, walaupun telah diketahui bahwa kekuasaan yang terbesar hanya milik Allah SWT. semata. Beberapa tahun yang lalu, kami menyaksikan ribuan umat muslim, (bahkan mungkin jutaan) berpartisipasi dalam pemilihan umum dan voting untuk memilih para pembuat hukum, yaitu orang yang menyimpangkan kemurnian kekuasaan Allah dalam hal membuat hukum (yang merupakan hak Allah semata). Dan juga kini, dalam pemilihan-pemilihan di tingkat yang lebih rendah, seperti memilih kepada daerah, gubernur, atau sejenisnya
Orang yang berpikir bahwa mereka muslim setelah melewati beberapa tahun, dan mereka mengharapkan ada ‘perubahan’ setelah mereka melakukan voting. Mereka telah mengacuhkan hadits nabi Muhammad SAW. yang menyatakan bahwa :
“orang-orang yang beriman tidak berada pada dua tempat yang sama.”
Setelah voting untuk anggota Dewan dan Badan Koservatif, kemudian mempercayai janji-janji palsu mereka dan kebohongan mereka, dan mereka berada pada tempat yang sama di setiap tahun untuk melaksanakan pemilihan umum. Orang-orang tersebut menyebut diri mereka muslim yang sekali lagi berada di tempat voting untuk sebuah partai yang baru dan untuk pemimpin-pemimpin palsu mereka. Satu hal yang aneh, bagaimana voting untuk pemilu berbeda dengan voting untuk kekufuran yang lain (bukan islami) berupa partai demokrasi seperti anggota Dewan atau Badan Konservatif, padahal mereka semua memiliki agenda yang sama, yang pada akhirnya pemerintahan yang berhukum dengan hawa nafsu dan ideologi yang buruk (demokrasi)
Allah SWT. telah mempermalukan orang-orang yang menyebut diri mereka sebagai muslim dan mereka yang menyekutukan Allah SWT. dalam banyak kesempatan, sebagaimana skandal-skandal seks dan korupsi-korupsi yang dilakukan oleh anggota-anggota dewan yang ‘terhormat’. Mereka juga seringkali melakukan pesta-pesta yang berisi semua penyimpangan terhadap hukum Allah, yaitu semua yang dilarang seperti pergaulan bebas, perzinahan, minum-minuman keras, memamerkan aurat (telanjang), bersumpah dengan nama selain Allah dan perbuatan-perbuatan buruk lainnya. Macam dari program-program menarik tersebut hanyalah mencerminkan akhlaq yang rendah dari yang mencari ketenaran dalam arti yang dimungkinkan
Mereka adalah orang-orang yang tidak memiliki kehoramatan, perhatian atau kemuliaan dan hanya dapat digambarkan sebagai binatang. Bahkan, tidak sedikit yang mereka jagokan sebagai kandidat dalam pemilihan adalah orang-orang yang kenyataannya adalah musuh-musuh Islam, mereka selalu memerangi Islam dan mujahidin, menolak untuk menerapkan syari’at dan ridho dengan hukum-hukum kufur di tengah-tengah mereka. Jadi, bagaimana mungkin sebuah partai yang mengatasnamakan partai Islam, atau aktivis-aktivis yang juga mengaku sebagai pejuang-pejuang syari’ah dan khilafah mau duduk-duduk bersama apalagi mengharapkan para kandidat yang memusuhi Islam ini agar menerapkan syari’at Islam. Sungguh, bagaikan menegakkan benang basah.
Masalahnya kemudian, Apakah kaum muslimin ridho bila kaum kuffar ini mereka jadikan sebagai Tuhan di selain Allah SWT. ??? Apakah hewan ini adalah orang yang mereka pilih untuk berteman dengan orang-orang yang beriman ??? Apakah hewan ini adalah orang yang mereka pilih untuk mewakili mereka di dunia ini dan di akherat kelak ??? Apakah hewan ini adalah orang yang mereka kampanyekan dan serukan kepada muslim lain untuk memilihnya ??? Apakah hewan ini yang mereka tunjuk untuk menjadi pemimpin mereka dan meliberalisasikan tanah-tanah muslim ??? Apakah hewan ini adalah orang mereka nyatakan telah memeluk Islam ??? Berapa banyak janji yang telah mereka penuhi ??? Peperangan manakah yang telah dia hentikan ??? Berapa banyak kaum muslimin dan mujahidin yang telah dibantai ???
Jadikanlah ini sebagai sebuah pelajaran bagi kita semua, kemuliaan, kehormatan dan  perhatian hanya dapat dicari dan didapatkan dari Allah SWT. dan jalan hidup yang telah Dia (Allah SWT) pilih untuk umat manusia, yaitu Islam. Barangsiapa yang mencari ‘izzah (kemuliaan) dari orang-orang kafir atau dari jalan hidup mereka hanyalah akan dihinakan dan dipermalukan oleh Allah dalam kehidupan dunia dan akhirat kelak.
“padahal kekuatan itu hanya milik Allah bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang munafik itu tiada mengetahui.” (QS Al Munaafiqun (63) : 8)
“(yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu ? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.” (QS An Nisaa (4) : 139)

MUQADDIMAH AZZAM AL QITAL

Segala puji hanya bagi Allah, kami memuji-Nya, memohon pertolongan kepada-Nya, meminta ampunan kepada-Nya dan kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kami dan dari keburukan amalan-amalan kami. Siapa orang yang Allah menunjukinya maka tiada satupun yang bisa menyesatkannya, dan siapa yang Dia sesatkan maka tidak satupun yang bisa menunjukinya. Saya bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadati kecuali Allah saja tidak ada sekutu bagi-Nya, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.
Kepada mereka yang sesat jalan dan salah jalan kemudian mereka mengira bahwa mereka berada di atas kebenaran…
Kepada mereka yang telah menyia-nyiakan kemampuan dan   waktu – dalam jalan-jalan yang bengkok lagi salah – tanpa manfaat atau faidah…!!!
Kepada mereka yang membuat kerusakan dan tidak membuat perbaikan, kemudian mereka mengira bahwa mereka telah berbuat sebaik-baiknya atau bahwa mereka berada di pintu dari pintu pintu Islam…!!!
Kepada para pencari kebenaran dan dalil – apa saja golongan mereka – seraya jauh dari ta’ashshub kepada hawa
nafsu, tokoh dan partai…!!!
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu
mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Ali ‘Imran :102).
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا آَثِيرًا
وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ آَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah  menciptakan isterinya; dan daripada keduanyaAllah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (An Nisaa’ : 1).
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا , يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ
اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah
dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki
bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan
barangsiapa menta`ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya
ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (Al Ahzab : 70-71).
Amma Ba’du
Sesungguhnya ucapan sebaik-baiknya adalah Kitabullah, dan tuntunan yang paling baik adalah tuntunan Muhammad SAW, sedangkan urusan yang paling buruk adalah yang diada-adakan, dan setiap yang diada-adakan adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat, sedangkan setiap kesesatan adalah di neraka.
Ya Allah, Rabb Jibril, Mikail dan Israfil, Pencipta langit dan bumi, Dzat Yang Mengetahui yang ghaib dan yang
nyata… Engkau memutuskan di antara hamba-hamba-Mu dalam apa yang mereka perselisihkan, berilah kami petunjuk terhadap apa diperselisihkan di dalamnya berupa al haq dengan izin-Mu,
sesungguhnya Engkau memberi petunjuk orang yang Engkau kehendaki kepada jalan yang lurus.
Umat Islam ini masih senantiasa terjaga lagi aman, kokoh lagi tegar di hadapan ketamakan umat-umat kafir dan durjana
sepanjang tenggang waktu yang mana ia dipimpin oleh khalifah muslim yang memimpinnya dengan dien, menghukumnya dengan syari’at Rabbul ‘alamin, melindungi kehormatan dan hak-hak kaum muslimin dengan kekuatan sulthan dan menggetarkan musuhmusuh mereka dengan jihad yaitu dari berani melakukan sikap
lancang… Saat itu kaum muslimin berada dalam kebaikan, ‘izzah, kemuliaan dan haibah (disegani), yang mana musuh berhitung seribu kali sebelum berfikir untuk melakukan sedikit penganiayaan, sampai akhirnya runtuh akhir pilar-pilar
Khilafah Utsmaniyyah di awal abad ini yang telah lalu dengan perbuatan dan taqshir kaum muslimin itu sendiri dan dengan makar yang dahsyat yang dirancang dan direncanakan oleh semua kekuatan kafir, thaghut dan kezaliman di dunia ini.
Dan dari saat itu – yaitu semenjak kejatuhan Khilafah Utsmaniyyah – runtuhlah tembok yang kokoh yang menghalangi
musuh dari merealisasikan keinginannya dan maksudnya di tengah umat ini. Dan memang sungguh jalan di hadapan mereka telah  lenggang dan mulus untuk melakukan penganiayaan yang mereka inginkan… kemudian mereka menginvasi negeri kaum muslimin   setelah mereka membagi-baginya di tengah mereka – tanpa lelah dan cape -, mereka memperkosa kehormatan dan mereka mengerukkekayaan alam serta mereka mampu menjauhkan Islam dari realita hidup manusia di semua tingkatan : pemerintahan dan rakyat…
kemudian mereka memaksakan hukum-hukum dan undang-undang kafir
mereka sebagai pengganti syari’at Rabbul ‘alamin…!
Dan inilah tujuan mereka terbesar dari invasi dan pendudukan; yaitu bagaimana mereka menjauhkan dien ini dari
realita kehidupan, dan bagaimana mereka bisa menghalangi kaum muslimin dari hidup di atas keislaman mereka sesuai dengan cara yang diridlai Rabb mereka swt serta merealisasikan kebahagiaan dan kepemimpinan mereka di dunia dan di akhirat, karena musuh-musuh itu mengetahui benar bahwa rahasia kekuatan kaum muslimin terletak pada keteguhan mereka terhadap ajaranajaran dien yang hanif ini, dan bahwa kaum muslimin bisa mengembalikan kejayaan mereka dan peranannya dalam mengendalikan umat-umat dan bangsa-bangsa di waktu yang mana mereka kembali di dalamnya kepada dien mereka dengan benar serta memegangnya dengan serius dan kuat…! Oleh sebab itu tatkala para penjajah itu hendak keluar – karena banyak sebab yang tidak ada tempat untuk menuturkannya disini – dari negeri kaum muslimin, mereka menempatkan sebagai pengganti mereka para thaghut yang berasal dari bangsa kita dan tanah air kita serta berbicara dengan lisan kita, agar mereka berupaya keras dalam melaksanakan kepentingankepentingan mereka dan merealisasikan tujuan-tujuan mereka dan maksud-maksud mereka yang dekat dan jauh – yang mana mereka telah datang untuk hal itu – di negeri kaum muslimin…!
Mereka menanam para thaghut yang mana mereka itu lebih kafir dan lebih aniaya terhadap umat ini dari kafir penjajah
luar, serta mereka lebih antusias – dibandingkan dengan tuantuan mereka – terhadap penerapan politik-politik mereka, tujuan-tujuan mereka dan undang-undang mereka……!
Kafir penjajah keluar dari negeri kaum muslimin dengan jasadnya, dan ia masih ada di tengah umat dengan tsaqafahnya, adatnya dan undang-undangnya. Ia masih ada di tengah umat dengan bentuk para diktator yang dzalim lagi berkuasa yang ia tempatkan mereka untuk menjaga kepentingan-kepentingan mereka dan tujuan-tujuan mereka…!
Oleh sebab itu sesungguhnya hengkangnya mereka itu adalah gambaran saja bukan sebenarnya, dan bahwa umat ini sampai hari ini masih dijajah dan diperbudak oleh kekuatan kafir dengan nama-nama Islamiyyah dan ‘Arabiyyah yang lokal yang mana mereka itu lebih dahsyat penindasannya dan permusuhannya terhadap Islam dan kaum muslimin daripada musuh-musuh mereka yang asli…!
Para thaghut hukum itu sampai saat ini masih senantiasa mendapatkan dukungan, sokongan, perlindungan, dan penutupnutupan akan kebejatan-kebejatan mereka terhadap rakyatnya   dari pihak tuan-tuan mereka dan auliyanya di barat yang salibis, sesuai kadar dan upaya yang mereka kerahkan dalam khidmat kepada mereka dan kepada tujuan – tujuannya serta politik-politiknya di kawasan itu; oleh sebab itu kita melihat para thaghut kekafiran berlomba-lomba di antara mereka dalam berkhidmat kepada para tuan mereka dan dalam merealisasikan mereka dengan penuh keseriusan dan giat. Bila salah satu di antara mereka melangkah satu langkah di jalan ini maka yang lain melangkah sepuluh langkah karena khawatir didahului yang lain dalam meraih ridla para tuan dan dalam menggapai cinta kasih mereka, dan agar mereka tidak marah kepadanya terus  melengserkannya dari kursi kekuatan dan menggantinya dengan orang lain yang lebih setia kepada mereka daripada dia…!!
Semenjak itu maka pikiran para du’at yang berjuang untuk Islam terfokus pada jalan yang melaluinya mereka mampu
mengembalikan bagi umat ini kehidupannya yang Islamiyyah, serta mereka mengembalikan untuknya kekuasaannya dan khilafahnya yang rasyidah setelah ia dilenyapkan dari alam wujud…!
Dan umat sejak waktu itu hingga saat ini senantiasa mempersembahkan syahid demi syahid dari kalangan anak-anaknya
– fi sabilillah – demi tegaknya Khilafah rasyidah yang mengayomi seluruh kaum muslimin di seluruh belahan bumi dengan berbagai warna kulit, bahasa, negara, dan bangsa mereka. Ia merasakan kepedihan-kepedihan mereka dan impian-impian mereka, disana mereka mendapatkan perlindungan yang dengannya mereka   berlindung dari bahaya-bahaya musuh yang mengelilingi mereka dari segala penjuru. Dan pengerahan upaya, pemberian dan jihad serta sesuatu yang ditawarkan adalah Khilafah rasyidah yang mana tidak tegak bagi dien ini dan hukum-hukumnya secara sempurna kecuali dengannya, dan tidak ada keamanan dan kenyamanan bagi kaum muslimin dan bagi negeri-negeri mereka dari gangguan musuhmusuhnya kecuali dengannya, serta tidak ada rasa kapok bagi orang-orang dzalim dan para perampok kecuali dengannya. Oleh sebab itu diriwayatkan dari Khalifah ketiga Utsman Ibnu ‘Affan ra bahwa ia berkata : “Sesungguhnya Allah membuat jera dengan sulthan suatu yang tidak jera dengan Al Qur’an”. Jadi Al Qur’an Al Karim mesti memiliki kekuatan dan kekuasaan yang melindunginya dan menerapkannya terhadap manusia, mengayominya
serta menjaga hukum-hukum dan syari’at-syari’atnya. Al Qur’an dan pedang penguasa keduanya berjalan berdampingan, satu sama lain saling mendukung, bila salah satunya lemah pengaruhnya dari menyokong yang lain maka perjalanan Islam – tidak bisa dipungkiri – mengalami kelemahan, keterpurukan dan keterbelakangan.
Rasulullah saw berkata : “Imam itu hanyalah perisai yang dilakukan perang di belakangnya dan dijadikan tempat
perlindungan.” Muttafaq ‘alaih. Dan dari Abi Bakrah, berkata : Saya mendengar Rasulullah
saw berkata : “Sulthan itu adalah payung Allah di bumi, siapa yang memuliakannya maka dia telah memuliakan Allah, dan siapa yang menghinakannya maka Allah menghinakan dia.” (Dikeluarkan oleh Ibnu Abi ‘Ashim dalam As Sunnah, Syaikh Nashir berkata dalam Takhrijnya 1024 : hadits hasan).
Sulthan muslim yang adil adalah payung Allah di bumi ini, karena ia berjuang untuk menerapkan hukum-hukumnya dan
syari’at-syari’atnya di bumi ini, dan dengannya kehormatan dien ini terjaga dan panji-panjinya tinggi berkibar.
Umar Ibnul Khaththab ra berkata : “Tidak ada Islam tanpa jama’ah, dan tidak jama’ah tanpa imarah serta tidak ada imarah tanpa mendengar dan ketaatan.”
Dan ini adalah hal-hal yang saling berkaitan dan saling mengharuskan, salah satunya mengharuskan dan menguatkan yang lain serta menghantarkan kepadanya, tidak tegak baginya kecuali dengannya. Oleh sebab itu kita tidak menyelisihi al haq dan kebenaran bila kita katakan bahwa ‘amal dalam rangka menegakkan Khilafah rasyidah adalah tergolong tujuan tertinggi dan teragung dien ini, dan tidak ada tujuan yang digapai oleh kaum muslimin yang lebih tinggi dari penegakkan khilafah
rasyidah selain tujuan tauhid yang untuknya Allah menciptakan makhluk, dan Dia mengutus para rasul serta Kitab-kitab Dia turunkan, dan di jalannya segala tujuan dianggap murah dan dikerahkan segala yang mahal dan berharga.
Khilafah, shultan, negara dan makna-makna syaukah dan kekuatan lainnya semuanya masuk sebagai sarana-sarana yang
langsung dan penting dalam rangka merealisasikan tauhid di bumi ini, serta dalam rangka menggusur manusia dari
peribadatan terhadap manusia kepada peribadatan terhadap Rabb manusia, dan dari kezaliman agama-agama kepada keadilan Islam, serta dari kesempitan dunia dan penjaranya kepada keluasan akhirat dan surganya.
Dan dari sini datang pentingnya penyiapan bahts yang saya namakan “Ath Thariq Ilaa Isti-nafi hayatin Islamiyyah Wa Qiyam Khilafatin Rasyidah ‘Ala Dlail Kitab Was Sunnah” terutama sesungguhnya banyak dari kalangan aktivis di bidang dakwah terhadap dien ini telah salah dan sesat dari jalan yang syar’iy lagi shahih…!
Dan ucapan saya “’Ala Dlail Kitab Was Sunnah”, yaitu bahwa saya komitmen dengan dalil-dalil Al Kitab Was Sunnah –
yang dengannya hujjah tegak – dalam setiap apa yang saya tetapkan dan saya jelaskan dalam bahts ini. Dan ini apa yang akan bisa dilihat oleh pembaca dengan jelas Insya Allah ta’ala.
Kami memohon kepada Allah ta’ala pelurusan, taufiq dan penerimaan… sesungguhnya Dia ta’ala Maha Mendengar lagi Maha Dekat… Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada penghulu kita, Nabi kita, pengajar kita dan panglima kita Muhammad, keluarganya dan para sahabatnya…
Amin…!!!
(ABU BASHIR AT-TARTHUSI)

Aina


Oleh : Al Ustadz Abu Zaky bin Muchtar Dari Tsabit Al Banani Rahimahullah dia menceritakan, ada seorang pemuda yang terlibat dalam sebuah peperangan. Pemuda tersebut begitu kuat keinginannya untuk menjadi seorang syuhada. Entah berapa peperangan yang tela...h ia ikuti namun syahid tak kunjung menyapanya. Sehingga pemuda itu bertekad jika dalam peperangan ini dirinya tidak terbunuh di jalan Allah, aku akan kembali ke kampung halaman dulu, kata pemuda tersebut kepada kawan-kawan seperjuangannya. "Aku mau menikah", katanya berbinar. Hari itu panas cukup menyengat. Orang yang sedang berpuasa seperti dirinya berusaha mencari tempat berteduh, seperti di bawah pohon yang tidak jauh dari kemah pasukannya. Tak lama kemudian pemuda inipun terlelap tidur siang. Menjelang matahari tergelincir para sahabatnya membangunkan pemuda tersebut untuk sholat Zhuhur. Namun mereka keheranan, tidak seperti biasanya ia bersegera untuk sholat. Pemuda itu tidak bergegas mengambil air wudlu, ia bahkan menangis tersedu saat terjaga dari tidurnya. Para sahabatnya merasa khawatir telah terjadi sesuatu kepadanya. “Ada apa dengan dirimu, ya akhi” kata mereka. Setelah diam sejenak menenangkan dirinya si Pemuda menjawab “Tidak ada apa-apa kawan. Tak ada yang perlu kalian khawatirkan terhadap diriku” katanya. Aku hanya bermimpi tadi. Iapun kemudian menceritakan mimpi yang dialaminya. Mimpi yang membuatnya menangis tatkala dibangunkan oleh kawan-kawannya. Dalam tidurku, kata pemuda itu menceritakan mimpinya, aku didatangi seseorang. “Ayo ikut aku menemui isterimu, ‘Aina”. Lantas akupun ikut dengannya. Aku diajaknya memasuki satu negeri yang terang penuh cahaya. Belum hilang rasa takjubku, aku diajaknya memasuki sebuah taman yang teramat indah yang keindahannya belum pernah kulihat sebelumnya. Kudapati ditaman itu sepuluh wanita yang kecantikannya belum pernah kulihat seumur hidupku. Aku tanyakan pada salah satu di antara mereka. “Adakah diantara kalian ‘Aina [1]” tanyaku. Diantara mereka menjawab :”Ya ‘Aina ada, kami hanya dayang-dayangnya, masuklah ke sana” Subhanallah, dayang-dayangnya seperti ini bagaimana dengan ‘Aina, pikirku. Lantas aku masuk dengan yang mengajaku tadi ke taman yang ada di dalamnya. Kudapati taman yang jauh lebih indah dari taman sebelumnya. Yang lebih menakjubkan lagi di sana ada duapuluh wanita cantik yang kecantikannya jauh melebihi sepuluh ‘dayang’ yang kutemui di taman sebelumnya. Kutanyakan pada duapuluh wanita jelita itu, adakah diantara kalian ‘Aina? Mereka menjawab :”Ya, ‘Aina ada dan kami adalah dayang-dayangnya, masuklah” Akupun masuk ketempat yang mereka tunjuki. Lagi-lagi pemandangan yang luar biasa terhampar di depan mataku. Taman yang jauh melebihi dua taman yang terlebih dahulu aku masuki. Di sanapun tampak tigapuluh wanita teramat cantik yang melebihi wanita-wanita yang kutemui tadi. Mereka yang ternyata juga adalah dayang-ayang mempersilakan aku untuk memasuki sebuah kubah terbuat dari batu Yaqut berwarna merah, yang sinar cahayanya berpendar di sekitarnya. "Masuklah", kata orang yang mengantarku. Akupun memasukinya dan kudapati seorang wanita cantik jelita mengalahkan semua wanita yang aku lihat sebelumnya, dia duduk seorang diri. Aku duduk menghampirinya. Kami berbicara dengannya. Saat kami berbicara orang yang mengantarku memanggil di luar. “Ayo kita harus segera pergi” katanya. Entahlah, aku seperti tidak memiliki kekuatan untuk menolaknya padahal aku masih ingin bersamanya. Kulihat mendung menggantung di wajah ‘Aina. Matanya seakan berbicara agar aku tidak meninggalkannya. “Berbukalah dengan kami malam ini ya!” kata ‘Aina memintaku. Saat itulah aku dibangunkan kalian. Ternyata itu adalah mimpi. Itulah yang menyebabkan aku menangis", kata pemuda itu mengakhiri ceritanya. Setelah sholat, panggilan jihad dikumadangkan. Kaum muslimin kemudian bergegas mempersiapkan diri untuk menghadapi musuh. Terjadilah peperangan dahsyat dengan musuh-musuh Islam. Ketika matahari mendekati peraduannya, ketika orang yang berpuasa saatnya berbuka, pemuda itu mendapat apa yang dia inginkan. Ia terbunuh dalam keadaan masih berpuasa. Kata Tsabit Al Banani Radhiallahu'anhu, "Aku menduganya ia dari kalangan kaum Anshar. Sepertinya dia mengetahui apa yang akan didapatkannya." [Diterjemahkan secara bebas oleh Al Ustadz Abu Zaky bin Muchtar Dari Kitab Kitabul Jihad Karya Al Imam Al Hafizh Al Mujahid Abdullah Ibnul Mubarak] __________ Footnote [1] ‘Aina artinya: yang bermata jeli berbinar (Lisanul ‘Arab 13/302) Posted by Admin Blog Sunniy Salafy http://sunniy.wordpress.com/ | Menebar Ilmu & Tegakkan Sunnah